Ada kejadian yang menarik ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima penghargaan “World Statesman Award” atau “Anugerah Negarawan Dunia” dari The Appeal of Conscience Foundation di Hotel Pierre, New York. Ada sekitar 60 orang menyambut kedatangan Presiden SBY dengan melambai-lambaikan bendera merah-putih dan bertepuk tangan sambil bersorak.
Nah, menurut sumber tempo, rombongan pendukung yang menyambut Presiden itu ternyata dibayar.
"Kami diberi US$ 100 per orang," ujar seorang pemuda yang turut menyambut Presiden SBY ketika itu.
Pemuda itu menurut pemberitaan tempo tidak mau menyebutkan secara rinci siapa orang yang membayar mereka. Tetapi dia menjelaskan banyak teman-temannya yang tidak ambil bagian karena ada pekerjaan. Dia juga mengakui kalau mereka mendapat fasilitas antar-jemput dari kediaman ke Hotel Pierre.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tenne, mengatakan kabar dukungan berbayar itu tidak benar.
"Itu hanya rumor, tidak benar," kata Tenne ketika dihubungi Sabtu, 1 Juni 2013.
Lalu bagaimana tanggapan KBRi mengenai hal ini??
“Pemberitaan itu sama sekali tidak benar. Bisa ditanyakan sendiri kepada warga negara Indonesia yang hadir dalam acara Gala Dinner,” ujar Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal. dalam keterangan resminya, Senin (3/6).
Anehnya, Dipo malah menerima laporan dari diaspora Indonesia bahwa mereka akan dibayar US$ 100 untuk mendemo Presiden. Loh?? Bukannya yang hadir malah mendukung Presiden??
“Saya juga telah membaca email seorang warga Indonesia yang juga melaporkan hal yang sama. Ia diajak mendemo Presiden SBY dengan bayaran US$ 100. Nampaknya ada permainan kotor di sini, untuk mengganggu kehormatan kunjungan Presiden SBY dengan cara apa pun,” tuturnya.
Agak membingungkan memang jika melihat ada orang yang menyambut Presiden dan mendukung dia menerima penghargaan tersebut. Karena di Indonesia sudah banyak protes, khususnya dari minoritas, bahwa SBY tidak pantas menerima penghargaan tersebut. Jadi mungkin saja dukungan dengan bayaran itu benar adanya.
Tetapi apakah tujuan orang tersebut murni atau ada maksud yang lain saya tidak bisa memastikannya. Namun, demo atau dukungan dengan bayaran sudah biasa terjadi dalam perpolitikan Indonesia. Walau tetap ada demo atau dukungan yang tanpa bayaran.
Entahlah apakah para pendukung ini dibayar atau tidak, tetapi dukungan ini mengingatkan saya pada demo bayaran para penolak KJS. Yang memimpin demo adalah anggota DPRD dari Partai Demokrat. Mungkinkah memang Demokrat memang sudah biaya menggerakkan demo atau dukungan bayaran?? Entahlah, masing-masing kitalah menilainya.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H