Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Transaksional, Rakyat dan Aktivis yang Salah?

27 September 2012   04:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:37 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada dalam pikiran Wakil ketua DPR RI dari fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), Priyo Budi Santoso, ketika ia menyatakan bahwa demokrasi transaksional adalah murni kesalahan rakyat. DPR sebagai lembaga yang menaungi para anggota dewan yang dipilih rakyat dalam pemilihan umum legislatif tidak berhak untuk dipersalahkan dalam berjalannya demokrasi transaksional yang kian kuat mencengkeram Indonesia paska orde baru.

"Demokrasi transaksional bukan salah DPR tapi murni kesalahan kita sebagai rakyat Indonesia. Mereka yang menentang demokrasi transaksional jangan berkoar-koar saja, mereka harus masuk ke dalam sistem untuk merubahnya, yaitu lewat DPR," ujar Priyo di diskusi kebangsaan Rusak Budaya Hancur Negara di Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta, Rabu (26/9/2012) malam.

Priyo menambahkan, kesalahan rakyat tersebut dapat terlihat dari dukungan rakyat terhadap para anggota dewan yang jelas melakukan model demokrasi transaksional melalui cara money politics.

"Tidak hanya rakyat, para aktivis yang giat menyatakan demokrasi transaksional merugikan rakyat itu salah. Kebanyakan dari mereka itu alergi kekuasaan. Padahal yang bisa merubah demokrasi transaksional yaitu dengan jalan kekuasaan. Mereka jangan protes doang tapi tidak mau memasuki kekuasaan," pungkasnya (kompas.com).

Pemikiran Priyo ini adalah pemikiran sesat. Menyatakan bahwa demokrasi transaksional adalah murni kesalahan rakyat, merupakan tindakan 'lempar batu sembunyi tangan'. Bahkan mencari kambing hitam dari kesalahan yang telah dibuat DPR dan partai politik. Menurut saya, pada demokrasi transaksional rakyat adalah korban.

Mengapa rakyat dikatakan korban? Karena DPR dan juga parpol memanfaatkan kemiskinan rakyat sebagai cara mencari simpati. Bukankah ketika orang miskin dan butuh uang ditawarkan uang oleh seseorang tidak menolak? Bukankah DPR dan parpol sangat suka memanfaatkan situasi seperti ini?

Nah, menyalahkan aktivis tidak mau masuk dalam kekuasaan karena alergi pada kekuasaan lebih salah lagi. Aktivis tidak masuk dalam kekuasaan karena mereka tidak diterima oleh kekuasaan. Apalagi para aktivis tidak punya uang dan partai tidak pernah mau menerima aktivis. Apa iya Golkar siap menerima aktivis yang tidak mau bermain uang dalam politik?

Saya pikir Priyo ini sudah keterlaluan. Sudah tidak mau mengakui kesalahan partai dan DPR yang menyebabkan demokrasi transaksional, malah menyalahkan rakyat dan aktivis. Nanti lama-lama si Priyo ini menyalahkan Tuhan yang ikut serta dalam demokrasi transaksional. Semoga Priyo disadarkan dan kita juga sadar untuk tidak memilih dia lagi.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun