Meski sebagai umat Nasrani, Kurban bagi saya punya makna mendalam. Selain karena dapat daging, kisah kurban juga menginspirasi saya untuk peduli kepada kaum papa dan juga sikap rendah hati. Sikap Ibrahim yang luar biasa itu patut dicontoh.
Hari Idul Adha kemarin meninggalkan sebuah kisah yang tidak patut ditiru dan bahkan mengurangi makna pengurbanan yang dilakukan oleh Ibrahim. Beberapa pejabat yang memberikan hewan kurban menunjukkan sifat sombong. Dimana seharusnya mereka menunjukkan sikap rendah hati. Mungkin saja maksud mereka supaya rakyat tahu apa saja yang mereka kurbankan. Tetapi tidaklah mesti diberikan kalung pada hewan yang disumbangkan.
Hal ini juga dilakukan oleh SBY dan Boediono. Sapi mereka bahkan diberi kalung RI 1 dan RI 2. Entah sengaja atau tidak, berat sapi mereka pun diekspos. RI 1 beratnya 1,2 Ton, RI 1 beratnya 1,1 Ton. Tidak kalah dengan mereka berdua, Gubernur Jatim Soekarwo juga menyumbang sapi seberat 1,19 Ton.
Fenomena penamaan sapi yang dikurban tentu saja membuat adanya pemikiran lain. Terlepas dari benar atau tidaknya, penamaan sapi kurban menurut saya adalah sikap yang sombong. Ingin menunjukkan siapakah yang punya sapi tersebut. Apalagi jika harga dan beratnya dipublikasikan. Bahkan dalam sebuah pemberitaan, sapi SBY dirawat dengan baik sebelum dikurbankan.
Semoga para pemberi kurban yang memakai kalung nama mereka, memberi dengan motivasi yang benar. Jika tidak, maka hewan kurban tersebut tidak memberikan apa-apa kepada mereka, selain dari kebanggaan akan diri sendiri. Bagaimana menurut anda?
Selamat siang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H