Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SBY Menangis untuk Jepang, Bukan untuk Ruyati...

25 Juni 2011   01:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:12 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kompas.com menuliskan "Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Yutaka Banno, Jumat (24/6/2011) , mengatakan, pemerintah dan segenap rakyat Jepang sungguh berterima kasih Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang berkenan berkunjung ke kawasan gempa di Prefektur Miyagi, Jepang.

"Beliau berkunjung di Kawanuma, salah satu kota dengan dampak gempa dan tsunami terparah. Beliau dan istri menangis melihat kondisi di sana. Sungguh kami sangat terharu," kata Banno saat menyambut para peserta pertukaran pemuda Jepang- Indonesia JENESYS di Gedung Kementerian Luar Negeri Jepang di Tokyo, hari ini.

Tangisnya SBY dalam kunjungan ke Jepang sangat wajar membuat pemerintah dan rakyat Jepang. Apalagi jika menilik kondisi Jepang yang hancur karena gempa. Perasaan empati dari pemimpin sebuah negara bagaikan air di gurun pasir. Tidak bisa dipungkiri popularitas SBY dalam hal berempati, bahkan cenderung melankolis, sudah sangat diakui. Hal ini juga hampi selalu terjadi ketika ada gempa di Indonesia. Bahkan tangis SBY di depan korban Lapindo juga tidak akan terlupakan.

Mari kita lupakan sejenak tangis-tangis beliau yang berupa retorika dan normatif. Tangis yang tidak menyelesaikan masalah, karena yang ditangisi saat itu masih patut ditangisi hingga saat ini. Bukan hanya korban gunung merapi, korban Lapindo pun masih terus ditangisi.

Ketika beliau melihat peristiwa matinya Ruyati yang dihukum pancung saya tidak melihat sebuah penyesalan yang dalam dari SBY sebagai kepala pemerintahan. Jangankan tangis, perasaan menyesal dan minta maaf juga tidak terucapkan. Hal yang ironis jika dibandingkan ketika SBY menangis dalam kunjungan ke Jepang. Tindakan tegas bahkan tidak dilakukan oleh SBY. Jangankan memecat Kedubes, Ketua BNP2TKI, Menakertrans, Menkumham, Atau Menlu melakukan moratorium saja haruslah desakan DPR. Yang lebih menyedihkan lagi SBY malah akan membentuk satgas yang diyakini banyak pihak akan mandul.

Janganlah kita dipuji bangsa lain tetapi dicaci oleh bangsa sendiri. Janganlah kita menangisi bangsa lain, padahal bangsa ini perlu ditangisi.

Jangan biarkan bangsa ini menangis lagi karena rakyatnya diperlakukan tidak adil di negeri orang.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun