Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Banyaknya Massa Pada Saat Kampanye Bukti Keunggulan?

18 Maret 2014   15:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:48 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama kampanye sudah mulai ada yang membandingkan antara cara kampanye Jokowi dan Prabowo, bahkan dengan cepat menyimpulkan bahwa keramaian massa di kampanye Prabowo sebagai bentuk banyaknya dukungan kepada Prabowo. Padahal tidak bisa disimpulkan seperti itu.

Cara kampanye Jokowi sangat berbeda dengan cara kampanye orang lain. Sangat jarang Jokowi berkampanye dengan tampil di kerumunan massa, memasang poster dan banner dimana-mana dan iklan di televisi. Jokowi selalu melakukan kampanye dengan turun ke jalan atau melakukan kunjungan ke tempat-tempat lain serta munculnya relawan dan simpatisan sosmed yang tidak resmi.

Cara kampanye Jokowi ini walau secara massa terlihat tidak tampak tetapi punya kekuatan kemenangan yang dahsyat. Foke sudah merasakannya di Pilkada Jakarta. Kesombongan menang satu putaran diluluhlantahkan oleh Jokowi dengan gerakan sosmed dan blusukkannya. Nah, apakah Prabowo bisa disimpulkan unggul dari Jokowi dengan mengumpulkan massa yang kemungkinan besar dibayar? Saya pikir tidak.

PDIP menyadari benar cara kampanye yang cocok dengan Jokowi. Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Eriko Sotadurga mengatakan kampanye PDIP di Jakarta tak mengandalkan pengumpulan massa atau pawai. Musababnya, kampanye model lama itu cenderung menimbulkan kemacetan.

Kampanye yang melibatkan Jokowi, kata dia, lebih banyak mengandalkan kunjungan ke warga, atau yang lebih dikenal sebagai blusukan. Selain itu, PDIP akan melakukan kampanye yang bersifat membantu warga, seperti pengobatan massal dan bakti sosial (tempo.co).

Cara Jokowi ini sangat efektif dan efisien. Dana yang digunakan juga tidak banyak dan menampilkan kesederhanaan. Nah, jika dibandingkan cara Prabowo berkampanye, maka biaya kampanye bak bumi dan langit. Prabowo melakukan kampanye dengan biaya selangit. Prabowo saja pakai helikopter ketika kampanye di Bali. WOW!!!

Tetapi apakah itu jaminan bahwa massa lebih menyukai Prabowo? Saya pikir tidak, karena massa, sekali lagi, bisa dibayar untuk meramaikqn kampanye. Memang banyak yang akan memilih Prabowo tetapi tidak akan sebanyak yang memilih Jokowi. Setidaknya dari hasil survei dari lembaga survei yang ada. Belum lagi semakin besar gerakan #menolaklupa dan #melawanlupa terhadap capres pelanggar ham yang salah satunya ada Prabowo.

Mari kita lihat siapakah yang akan memenangkan partainya untuk bisa maju sebagai capres. Kalau Jokowi memenangkan PDIP maka dia akan menjadi capres begitu juga sebaliknya. Kalau gagal maka siap-siaplah hanya jadi cawapres atau penonton.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun