Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ironis!! Pimpinan DPR Tanpa Partai Pemenang Pilihan Rakyat

4 Oktober 2014   15:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:25 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) harus dipilih oleh rakyat? Jawabannya menurut saya adalah tidak selarasnya suara rakyat dengan wakil rakyat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kepala daerah yang menang meski jumlah kursi di dprd kalah, bahkan pada pemilihan Presiden (Pilpres) yang baru saja kita lalui, Jokowi-JK menang meski kalah jumlah kursi di DPR.

Pentingnya Pilkada langsung kembali diperkuat dengan kejadian pemilihan pimpinan DPR RI. Bayangkan saja bagaimana mungkin partai pemenang pemilu legislatif tidak jadi Ketua DPR atau salah satu Wakil Ketua DPR karena dijegal dalam pemilihan pimpinan melalui anggota DPR. Rakyat yang memilih PDIP sebagai pemenang pemilu akhirnya kandas karena UU MD3. Sekali lagi, suara rakyat dikalahkan oleh suara elit partai. Ironis, bukan?

Dalam proses pemilihan pimpinan DPR yang diadakan pada tanggal 1 oktober sampai dini hari 2 oktober dipilih lah paket pimpinan DPR yang semuanya berasal dari Koalisi Prabowo-Hatta (KPH).  Setya Novanto yang merupakan Bendahara Umum Partai Golkar terpilih menjadi Ketua DPR dan akan didampingi empat Wakil, yakni Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Partai Gerindra), Agus Hermanto (Wakil Ketua Umum Partai Demokrat), Taufik Kurniawan (Sekretaris Jenderal PAN), dan Fahri Hamzah (Wakil Sekretaris Jenderal PKS). (Liputan6.com)

Berdasarkan jumlah kursi, KPH memang menang dari Koalisi Jokowi-JK (KJJ). KPH ditambah demokrat memiliki 353 kursi, atau 63 persen dari 560 anggota DPR RI. Secara rinci yakni Golkar 91 kursi, Gerindra 73 kursi, PAN 49 kursi, PKS 40 kursi, PPP 39 kursi, ditambah Demokrat 61 kursi. Sedangkan KJJ memiliki 207 kursi  atau 37 persen kursi DPR. Secara rinci, yakni PDIP 109 kursi, PKB 47 kursi, Nasdem  35 kursi, dan Hanura 16 kursi. (Liputan6.com)

Hal inilah yang akan terjadi jika Kepala Daerah dipilih oleh DPRD. Yang muncul adalah politik transaksional para elit dan meninggalkan rakyat yang memilih mereka. Jika kembali kepada fakta yang terjadi, maka sangat jelas terlihat bahwa suara rakyat tidak sama dengan suara wakilnya. Saya yakin, Ketua DPR pilihan KPH tidaklah sesuai dengan suara rakyat kebanyakan. Apalagi melihat rekam jejaknya yang sangat dekat dengan kasus hukum.

Karena itu, sekali lagi kita tidak bisa biarkan negara ini kembali jatuh kepada kepentingan para elit politik yang sebagian besar adalah pemegang modal dan pengkhianat demokrasi. Rakyat harus bersatu dan meminta kembali haknya yang dirampas oleh wakil rakyat. Supaya wakil rakyat tidak lebih berkuasa dan berdaulat daripada rakyat yang diwakilinya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun