Anggota DPR merupakan anggota partai politik. Didalam dunia politik, mempertahankan kekuasaan merupakan hal yang pertama. Urusan kesejahteraan rakyat nomor sekian.
Proses jatuhnya Presiden Soeharto harus menjadi pelajaran. Begitu tingginya gelombang demontrasi yang membawa harapan tinggi atas perubahan, namun apa yang terjadi, para demontrans yang didominasi mahasiswa kala itu tidak mengawal agenda reformasi. Reformasi kearah mana pun tidak jelas. Akhirnya, hingga kini, perubahan atas nama reformasi itu tidak terasa bagi rakyat. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, salah satu hal yang ditentang dalam demontrasi penggulingan Soeharto kala itu, masih marak terjadi saat ini bahkan menjamur.
Kalau rakyat (relawan) tidak mengambil peran pasca terpilihnya Presiden - Wakil Presiden nanti, maka peran rakyat disaat kampanye tidak lebih dari sekedar pemandu sorak. Tidak pantas pula disebut sebagai suporter layaknya pendukung salah satu tim sepakbola.
Rakyat juga dibenarkan UU untuk mengawal pemerintahan baru nanti. Lewat sebuah wadah, bisa mengkritisi dan mengawal kebijakan Presiden yang melenceng dari janji - janji saat kampanye.
Sejauh ini, hanya segelintir Organiasi Kemasyarakat yang mengawal kebijakan pemerintah, dewan dan lainnya. Organisasi kemasyarakat itu pun tidaklah banyak, misalnya, ICW, Fitra dan lainnya.
Gambaran peran masyarakat saat kampanye sekarang ini harus menjadi gambaran peran masyarakat mengawal pemerintahan baru nanti. Masa saat ini harus dijadikan rakyat sebagai pendidikan politik.
Setelah pemilihan Presiden usai, sekat antara pendukuang calon satu dengan calon satu lagi diharapkan tidak ada. Kata - kata "kamu" pendukung calon yang itu dan kami pendukung calon ini tidak ada lagi. Yang ada adalah rakyat Indonesia.
Mendukung salah satu calon bukan karena fanatisme buta namun sebagai alat pendidikan politik agar kedepan rakyat tidak jadi dagangan politik yang seenaknya saja dikibuli. Rakyat harus mengambil peran mengawal pemerintahan baru kedepan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H