Kecantikan pagi menawarkan dirinya sebagai pembunuh bayaran,demikianlah mataku terjaga dari malam yang menyelimuti kenyataan
Terbukalah jendela kaca dan kudapati dunia kecilku, telanjang dada, duduk memeluk lutut dan tangan menggenggam tanah asalku
Bapa ku adalah tetua adat suku terasing dan Ibuku adalah lembaran-lembaran kitab yunani dan mesir kuno
Kecantikan pagi membawa serta udara malam berhembus ke utara, demikianlah dadaku belajar menoleh masalalu
Halaman belakang menyingkap telaga kecilku, tenang, tembus pandang dan seekor laki air minum darinya
Aku berumah di pedalaman sejarah dan kutata kisah ku di dalam museum ingatan
Memelihara keabadian sekuat daya
Kecantikan pagi akan senantiasa menghias dirinya, menjelma seorang pahlawan
demikianlah ia membunuh malamdan terang akan menjelaskan
betapa kecantikan menuntut harga setara duka kegelapan
Pagi yang terlambat, Bangkok 18 Nopember 2011 09:46 am
Angga Palsewa Putra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H