Mohon tunggu...
Zul Fadlie
Zul Fadlie Mohon Tunggu... -

Penyuka kopi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Cinta Untuk Pak SBY

21 Oktober 2014   04:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Bapak tidak pernah mengenal kami,
tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengenal
Bapak. Kami selalu mengikuti sepak terjang
yang dilakukan Bapak. Anggap saja sepenggal
kata cinta yang kami sampaikan ini menjadi
perwakilan dari sekian juta pemuda Indonesia.

Kami bukan anak muda yang pandai merangkai
kata atau pun membahasakan selaksa
peristiwa melalui pena. Kami hanya berusaha
berbagi apa yang kami pikirkan, apa yang kami
amati, dan apa yang kami rasakan.

Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang
mengharukan, tapi, apakah kami harus ikut
haru? Bukankah kami akan menyambut hal
yang baru untuk negeri ini? Ah, tetap saja,
semua basa basi ini terkesan sulit. Didepan
sana, ada pengganti bapak yang juga dipilih
oleh lebih dari 50 persen rakyat Indonesia.
Namun, hati kami tetap saja sulit melepaskan
semua kenangan yang bapak torehkan pada
negeri ini.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami semua Rakyat Indonesia tau bahwa lebih
dari separuh dari usiamu kau abdikan untuk
Ibu Pertiwi. Sepuluh tahun kau mengabdi
menjadi pelayan kami yang mengayomi dan
melindungi kami dengan sepenuh hati.
Loyalitas, perjuangan dan ketulusanmu tak
perlu diragukan. Kapanpun, dimanapun dan
dalam keadaan yang bagaimanapun engkau
senantiasa mengabdi dengan sepenuh hati. Ini
membuat kami tetap simpati dan percaya
bahwa Bapak masih menjadi yang terbaik bagi
negeri ini.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami akui, kau kuat di segala hal. Disela - sela
kesibukan dalam keseharianku, tak sedikit
kulihat dari mereka mencaci dan menghujatmu.
Aku tau kau mendengarkan. Aku juga tau kau
merasakan. Sebagai seorang manusia biasa,
aku juga paham kalo kau marah akan hal - hal
itu. Tapi kau memilih diam Presidenku, kau
memilih diam dan memendam semuanya.
Walau kutau dihatimu yang paling dalam pasti
tersimpan amarah, kesedihan bahkan tangisan
yang tak semua orang bisa merasakan apalagi
mendengarnya. Namun disaat hatimu sedang
miris, seorang malaikat seolah selalu
menguatkanmu dan selalu berkata “Hey Kau,
mereka menghujatmu, mereka juga mencacimu.
Tetapi mereka sangat membutuhkanmu.
Apakah engkau ingin membiarkan mereka
kelaparan, kehausan dan kedinginan? Mereka
membutuhkan ketulusan hatimu untuk terus
membuktikan bahwa engkau akan selalu ada
untuk mereka”. Disaat itulah engkau sadar
bahkan lupa akan kebutuhan pribadimu. Tak
teratur makan, tak cukup tidur, tak pernah
berbagi waktu untuk keluarga hanya karena
ingin melihat rakyatmu tertawa dan senang.
Sekali lagi, kami bangga padamu.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Maafkan kami jika kami hanya bisa menghujat
tanpa memberi solusi yang tepat. Maafkan
kami jika kami hanya bisa mengkritik tanpa
aksi. Maafkan kami jika kami hanya bisa
menggunjingkanmu di warung-warung kopi
tanpa pernah turut bergerak untuk membangun
negeri ini. Kami sadar, bahwa seorang
pemimpin bangsa tak akan pernah bisa
menyenangkan hati seluruh rakyatnya. Kami
sadar bahwa bapak punya keterbatasan seperti
halnya manusia biasa. Kami sadar bahwa
bapak bukanlah dewa yang bisa
mensejahterakan negeri ini dalam hitungan jari.
Sepuluh tahun sudah bapak mengabdi untuk
kami, kami benar-benar melihat negeri ini
berubah menjadi lebih baik.

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,

terimakasih sudah memimpin Indonesia selama
satu dekade. Meskipun dengan berat hati, kami
harus merelakan bapak untuk pergi. Namun,
kami percaya bahwa bapak akan terus
mengabdi pada negeri ini dengan berjuta cara
lain. Pengabdian bapak akan terus menjadi
kenangan indah bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih atas segala perjuanganmu
terhadap bangsa ini. Selamat purna tugas
Jenderal Besar. Semoga Bapak dan keluarga
selalu dalam lindungan Allah SWT.

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun