Martino, teman seflatnya, bertanya mengapa kepalanya seolah ditekuk sepulang dari Perpustakaan Negara. "Dapat literatur yang kamu cari?" tanya lelaki asal Flores itu.
"Dapat, tapi kecil-kecil," jawabnya mencoba bercanda. Tapi terasa garing.
"Aku serius..." kata Martino lagi.
"Aku juga..." jawabnya.
"Kenapa? Kamu ditangkap police karena kencing di sembarang tempat?" tanya Martino lagi. Masih bercanda.
"Polisi mana berani menangkapku?" balasnya.
Mereka kemudian tertawa.
Dibukanya jaket dan digantungnya di belakang pintu. Dia kemudian rebahan. Martino tetap menunggunya. Menunggu cerita apa sampai dia melihat temannya ini wajahnya terlihat buram sepulang mencari literatur. Namun tak juga keluar cerita itu dari mulutnya. Bahkan, dia malah terlihat tertidur.
Martino menghela napas. Kemudian mengambil sebuah novel yang dibawanya dari Indonesia. Larung, karya penulis feminis, Ayu Utami. Martino kemudian tenggelam dengan cerita tentang kehidupan para pejuang demokrasi bawah tanah semasa Orde Baru berkuasa secara absolut itu. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H