Mohon tunggu...
Achmad Faesol
Achmad Faesol Mohon Tunggu... -

Alumni PP Al-Amien Prenduan Sumenep Madura\r\nAlumni Pasca Sarjana\r\nUniversitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Kemuliaan

8 September 2014   00:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya saja engkau cemberut kepada orang yang tersenyum padamu, maka engkau termasuk orang tidak biasa. Bila engkau tersenyum kepada orang yang tersenyum padamu, maka engkau orang biasa. Tapi, kalau engkau sanggup tersenyum pada orang yang cemberut padamu, maka engkau orang mulia.

Tersenyum bisa engkau perluas sendiri pemaknaannya. Bisa saja tersenyum itu engkau maknai sebagai perbuatan baik seperti memberi makan, menolong orang dan sebagainya. Cemberut pun bisa pula engkau perlebar contoh-contoh sederhananya seperti menyakiti orang, berbuat tidak baik pada orang dan yang lainnya.

Maka, jika engkau terus saja melakukan keburukan kepada orang yang telah berbuat baik padamu, maka engkau ini sebenarnya orang yang tidak biasa. Jika kebaikan orang lain engkau balas dengan keburukan, maka engkau ini adalah seburuk-buruknya manusia.

Tapi, jika engkau hanya berbuat baik kepada orang yang melakukan kebaikan kepadamu, maka ini biasa-biasa saja. Kebaikan yang dibalas dengan kebaikan juga, itu sangat biasa karena setiap orang sudah biasa melakukannya. Dan jika engkau melakukan ini maka engkau sebenarnya hanya orang yang biasa-biasa saja di hadapan Tuhan.

Namun, jika engkau mampu berbuat baik kepada orang yang selalu berbuat buruk kepadamu, maka engkau adalah orang mulia. Dirimu itu bukan orang biasa, tapi engkau orang yang luar biasa. Engkau telah meniru akhlak nabimu. Engkau telah mulai menaklukkan musuh terbesarmu yang bersemayam dalam dirimu. Engkau telah mencontoh gaya hidup kekasih Tuhan itu. Engkau telah meneladani cara hidup putra Abdullah itu. Inilah jalan kemuliaan. Inilah tarikat hidup manusia yang bergelar Al-Amin itu.

Bukankah engkau tahu kalau Nabimu itu selalu membalas keburukan orang kepadanya dengan perbuatan baik. Bukankah nabi sering memberi makan setiap hari kepada pengemis tua walaupun dia yang selalu mencaci namanya setiap saat. Bukankah nabi adalah orang pertama yang menjenguk orang yang selalu melemparnya dengan batu. Bukankah nabi tidak mau membalas aksi pelemparan batu masyarakat Tho’if yang membuat dahinya berdarah itu dengan peleparan batu juga kendati sudah ditawari peluang oleh malaikat.

Kira-kira menurutmu kenapa nabi tidak mau membalas keburukan orang dengan keburukan juga? Apakah nabi memang suka difitnah dan dicaci maki? Apakah nabi memang punya hobi dilempari batu? Apakah nabi sangat menikmati ketika diholimi? Bukankah beragam “penyiksaan” itu sudah cukup dijadikan alasan sebagai tenaga pendorong untuk melakukan pembalasan? Tapi kenapa nabi malah memilih sikap memaafkan?

Ternyata, jalan kemuliaan hidup Nabi Muhammad dibentuk oleh kebiasaan dirinya yang mampu berbuat baik kepada orang yang justru berbuat jahat kepadanya. Beliau selalu tersenyum kepada orang yang cemberut padanya dan itulah jalan kemuliaan hidup yang dicontohkannya.

Karena itu, bila engkau ingin berbuat baik maka berbuat baiklah bukan karena engkau ingin membalas kebaikan orang. Tapi, berbuat baiklah kepada siapa saja karena engkau adalah orang baik yang mencintai kebaikan. Maka, tidak ada salahnya bila engkau kemudian belajar untuk terus menerus berbuat baik kepada orang yang selalu berbuat jahat padamu.

Ini memang berat, tidak mudah dan sangat menyakitkan. Tapi, justru karena ini sulit maka banyak temanmu, saudaramu, sahabatmu, tetanggamu atau aku sendiri yang tidak suka, tidak mau dan tidak mampu melakukannya. Sehingga, seandainya saja engkau sanggup berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat padamu, maka malaikat sudah pasti akan mengagumimu. Tapi, jika kata seandainya itu engkau hilangkan sehingga engkau benar-benar telah dan terus melakukannya hingga ujung usiamu, maka engkau sedang menempuh jalan kemuliaan dan Tuhanmu tidak akan tega untuk tidak segera memuliakan hidupmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun