JANGAN berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menuntaskan penanganan kasus Century dan Hambalang. Sebab, KPK sedang stroke dan nyaris lumpuh lantaran perseteruan yang tak kunjung usai antara KPK dan Polri.
Melihat perselisihan KPK-Polri ini seperti menyaksikan tawuran pelajar. Mereda sejenak saat dilerai. Lalu kembali bertikai ketika yang melerai lengah.
Saat perselisihan menyangkut pemeriksaan perkara dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korlantas Polri memuncak beberapa waktu lalu, Presiden SBY sampai terpaksa turun tangan karena desakan rakyat. Beberapa saat setelah itu, KPK dan Polri seperti ABG yang sedang akur. Polri terlihat legowo menyerahkan perkara Korlantas yang menyeret beberapa petingginya ke KPK.
Tapi kemesraan itu hanya sejenak. Tak lama sesudah itu, aksi saling serang kembali terjadi. Terakhir, KPK kembali jadi pihak yang dipecundangi dengan akan kembalinya belasan penyidik ke Polri akhir Desember mendatang. Mereka memilih tidak memperpanjang masa tugas di KPK.
Tentu saja, berkurangnya 14 penyidik Polri itu akan membuat KPK seperti orang yang terkena stroke. Pincang dan cenderung lumpuh. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengakui, kondisi KPK menjadi berat dengan perginya para penyidik dari Polri ini. Dengan kepergian 14 penyidik ini, KPK hanya tinggal memiliki 49 penyidik saja.
Dengan minimnya penyidik, sudah pasti gerak KPK dalam menangani kasus-kasus korupsi jadi jauh lebih melambat. Kasus-kasus besar seperti Century dan Hambalang jadi bukan prioritas lagi. Waktu dan sumber daya habis untuk menangani kasus-kasus ecek-ecek. Apalagi, banyak kasus-kasus kecil yang tersangkanya sudah ditahan dan membutuhkan penanganan cepat.
Bambang menyebut konsentrasi KPK kini difokuskan untuk menyelesaikan rangkaian kasus di Riau dan sejumlah kasus pajak serta kasus yang melibatkan hakim-hakim adhoc tipikor yang sudah ditahan.
Polri juga tak henti menyerang KPK. Lewat anggota-anggotanya yang baru saja "menamatkan" tugasnya sebagai penyidik KPK, pembusukan atas tubuh KPK terus dilancarkan. Kompol Hendy F Kurniawan yang berhenti jadi penyidik KPK baru-baru ini misalnya, difasilitasi Mabes Polri untuk menggelar jumpa pers dalam rangka membongkar kelemahan-kelamahan KPK yang diketahuinya selama menjadi penyidik KPK.
Kompol Hendy mengaku tidak puas dengan kinerja Ketua KPK Abraham Samad yang dinilainya tidak profesional. Hendy bahkan membandingkan kinerja KPK di bawah pimpinan Antasari Azhar dan Abraham Samad. Antasari, katanya, sangat taat pada SOP (Standard Operating Procedure). Sedang Abraham Samad sebaliknya.
Walhasil, KPK kini kembali tertatih-tatih berjuang di rimba belantara korupsi Indonesia. Begitu banyak raja rimba yang berkuasa di sini. Dan mereka kini tengah terbahak-bahak melihat KPK yang nyaris terkapar lumpuh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H