Mohon tunggu...
Pak Ugi
Pak Ugi Mohon Tunggu... profesional -

read & write, berita99.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lebaran Yatim Buya Idris

25 November 2012   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="425" caption="Anak-anak yatim (foto: ipabionline.com)"][/caption] BEBERAPA hari ini banyak terdengar istilah "lebaran yatim". Di banyak tempat yang budayanya diwarnai Islam, memang tanggal 10 Muharram sering disebut sebagai hari lebaran bagi anak yatim. Termasuk di kultur Betawi. Kabarnya, lebaran bagi anak yatim ini merujuk pada dalil ini: "Diriwayatkan bahwa Rasul saw menyayangi anak-anak yatim, dan lebih menyayangi mereka pada hari 10 Muharram (Asyura) dan menjamu serta bersedekah pada 10 Muharram bukan hanya pada anak yatim tapi keluarga, anak, istri, suami dan orang orang terdekat, karena itu sunnah Beliau Saw dan pembuka keberkahan hingga setahun penuh." (Faidhul Qadir juz 6 hal 235-236) Saya tidak akan membahas soal lebaran yatim ini. Tetapi saya akan bercerita tentang peristiwa yang selalu terkenang setiap menjelang lebaran yatim ini. Padahal, peristiwanya sudah berlalu lebih 30 tahun yang silam. Ketika itu, di awal 1980-an belum ada trend fullday school seperti sekarang. Tetapi, saya sudah sekolah seperti di fullday school. Pagi di sekolah umum di SD Yayasan Mahaputera di Cilandak, lalu siang sepulang sekolah langsung sekolah lagi di Madrasah Hidayatut Thalibin di Cilandak Tengah untuk menuntut ilmu agama. Suatu hari jelang 10 Muharram, seperti biasa, sebelum masuk kelas, murid-murid Madrasah berbaris rapi di aula terbuka yang luas. Biasanya, ustadz-ustadz bergantian memberikan tausiyah sebelum mempersilakan barisan yang paling rapi untuk lebih dulu masuk kelas. Kali ini berbeda. Yang berbicara di depan barisan adalah Kepala Madrasah, (Allah Yarham) Buya KH Idris Kaisan. Setelah berucap salam yang diulang lagi karena para murid tak menjawabnya dengan kompak, beliau mulai menyapa. "Hoi anak-anak..." sapanya dengan gaya lenong Betawi. Maklum, ini memang madrasah di tengah masyarakat Betawi. "Lu semua tahu ini apaan?" lanjutnya sambil menunjukkan sesuatu yang terbungkus rapi dengan kertas sampul coklat. "Kagaaaak..." sahut murid-murid. "Lu semua kudu tahu. Ini hadiah buat anak-anak yatim. Isinya ada buku, alat tulis sama barang-barang lain. Kenapa anak-anak yang udah pada kagak punya baba (bapak -Betawi) dapet hadiah ini?" tanya Buya Idris lagi. "Kagaaaak..." lagi-lagi murid-murid menyahut serempak. "Sebab, hari ini hari Lebaran Yatim. Kita semua kudu sayangin temen-temen kita yang udah pada kagak punya baba... Ngartiii?" sahut Buya Idris. "Ngartiii...." timpal murid-murid. "Bagus," Buya Idris manggut-manggut. "Jadi, semua murid yang yatim, hari ini bakal dapet hadiah ini," lanjutnya. Terdengar sorakan lumayan ramai. Rupanya banyak juga anak yatim di sini. "Lu semua yang bukan yatim, mau dapet hadiah ini juga?" tanya Buya Idris. "Mauuuuu...." serempak murid-murid menjawab. "Boleh. Tapi... matiin dulu baba lu!" Buya Idris menjawab dengan intonasi serius. Murid-murid kaget dan sontak berteriak, "Haaaah....???" "Mau kagak, matiin baba lu dulu supaya dapet hadiah kaya temen-temen lu yang udah yatim ini???" tekan Buya Idris. "Kagaaaak...." riuh rendah murid-murid menjawab. Buya memandangi murid-muridnya dengan sayang. Tatapannya menyejukkan. Nada suaranya kembali lembut. "Nah, lu sayang-sayangin dah baba lu. Jadi anak yang nurut sama orangtua, mumpung lu masih pada punya orangtua yak? Sayang-sayangin juga temen-temen lu yang udah pada yatim... Setujuuu?" "Setujuuu...." Cara yang luar biasa unik untuk menanamkan pesan. Murid diajak berdialog dan berpikir. Hasilnya, pesan itu tertanam hingga kini. Lebih 30 tahun sesudahnya... *Serangkum doa untuk (Allah yarham) Buya KH Idris Kaisan dan para asatidz Madrasah Ibtidaiyyah Hidayatut Thalibin sumber: http://www.berita99.com/inspirasi/3573/lebaran-yatim-buya-idris

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun