Mohon tunggu...
Pak Ugi
Pak Ugi Mohon Tunggu... profesional -

read & write, berita99.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teroris Muda di Arena Tawuran

25 September 2012   02:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"BERI aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia." Inilah kalimat populer yang meluncur dari lidah Bung Karno. Sangat menginspirasi dan memotivasi para pemuda ketika itu.

Soekarno tentu saja melihat masa depan bangsa ada di pundak para pemuda. Merah hitam masa depan negeri ini, mereka yang mewarnainya.

Tetapi, entah kalimat apa yang bakal keluar dari lidah pembakar semangat bangsanya, andai Soekarno melihat pemuda Indonesia masa kini.

Soekarno akan melihat barisan jutaan pemuda yang mengekor membebek pada budaya orang. Wajah, potongan rambut dan gaya fashion mereka menyeragam dengan kultur pop dunia. Cara bicara dan berperilaku pun demikian. Sulit menemukan pemuda yang masih berpenampilan "asli Indonesia" saat ini. Sebaliknya, jauh lebih mudah menemukan pemuda Indonesia yang keamerika-amerikaan atau kekorea-koreaan.

Soekarno mungkin akan terperangah melihat pemuda-pemuda Indonesia begitu tinggi daya juangnya dalam mendapatkan tiket konser boyband dan girlband Korea. Rela antri dari sore hingga pagi.

Soekarno mungkin akan terbelalak melihat pemuda-pemuda Indonesia lebih meminati joget mirip kuda jingkrak ala rapper Korea ketimbang jaran kepang atau kuda lumping asli Indonesia. Sungguh tak pantas mencaci kalau khazanah budaya ini kelak dirawat, dipelihara dan dikembangkan dengan baik oleh saudara serumpun di negeri jiran.

Sementara, pemuda-pemuda yang berupaya menjaga diri dari segala pengaruh buruk lingkungan, justru harus menghadapi tudingan miring, Aktif di Kerohanian Islam (Rohis) kini berisiko dianggap sebagai bibit teroris. Sebab, Metro TV dengan tidak bertanggungjawab menyebut Rohis sebagai pintu persemaian teroris muda.

Kalau mau jujur, sesungguhnya teroris-teroris muda itu adalah pelajar-pelajar yang hobi tawuran, bertarung brutal, berbunuh-bunuhan di jalanan. Nafsu membunuh terwakili pada pedang, samurai, clurit, rantai besi, ikat pinggang berkepala roda gigi dan beragam senjata mereka dalam "jihad membela nama sekolah". Hanya sedikit terdengar berbeda dengan "jihad fi sabilillah" tapi bagai langit dan bumi berbeda makna.

Silakan cek, adakah di antara peminat dan penikmat tawuran itu yang aktif di Rohis. Di arena tawuran legendaris yang turun temurun antara SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta, pernahkah Rohis SMAN 6 dan Rohis SMAN 70 terlibat tawuran? Jawabnya tentu saja tidak.

Ironisnya, pihak sekolah seolah tak berdaya mengendalikan para aktivis tawuran ini. Terbukti dari terus langgengnya tradisi tawuran.

Yang tak kalah menyedihkan adalah kinerja polisi. Dua SMA elit ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari Mabes Polri. Banyak siswanya juga anak-anak dari pejabat Polri. Mengapa polisi seolah buta dan tuli atas potensi tawuran yang kerap terjadi di kawasan ini?

Apa kerja intelijen Polri? Mengapa seolah hanya paham peta terorisme yang dikait-kaitkan dengan umat Islam? Sementara, tawuran pelajar sudah jadi teror tersendiri bagi masyarakat. Maka, jangan salahkan kalau ada tudingan dari sementara kalangan bahwa isu terorisme itu cuma rekayasa demi dana kontra teroris dari juragan besar di Amerika sana.

http://www.berita99.com/editorial/2026/teroris-muda-di-arena-tawuran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun