Saat ini saya hanya berfikir apakah kita mampu untuk sementara waktu membuang kekhawatiran kita tentang bahaya laten bernama PKI itu dan menggantinya dengan mewaspadai diri, keluarga, anak-anak dan lingkungan kita dari ancaman baru yang bernama Bahaya Paham Radikalisme.
Jika saja kita mau sedikit lebih jeli melihat segala peristiwa berdarah itu sebelum membicarakannya kesana kemari. Ada baiknya kita perhatikan siapa, darimana, berapa usianya, dari lingkungan yang bagaimana para pelaku teror itu melakukan tindakan ancaman dan apa tujuannya sampai rela mati demi sesuatu yang tidak akan mungkin dia nikmati hasilnya.
Saya melihat ada celah pemanfaatan dari peristiwa-persitiwa berdarah tersebut. Rata-rata para pelaku langsung tindak pemberontakan sampai bom bunuh diri ini didominasi oleh mereka yang masih dalam kategori usia labil antara 15 s.d 30 tahun dan dari kelompok masyarakat marjinal yang memang memiliki dasar sakit hati terhadap kebijakan ekonomi bangsa yang menurut mereka tidak berpihak pada mereka. Artinya, para pelaku tindak pemberontakan, teror dan bom bunuh diri ini adalah pion yang sengaja dikorbankan atau dikambing hitamkan oleh mereka-mereka yang berada dibalik segala peristiwa. Nah orang-orang yang dalam kategori 'X' inilah yang harusnya kita waspadai bersama, bukan justru menghabiskan energi untuk mewaspadai apa yang dimaksud dengan ancaman bahaya laten komunis yang sesungguhnya sudah tidak ada sejak puluhan tahun silam dan tidak akan pernah bisa hidup kembali. Atau memang (jangan-jangan) isu bahaya laten ini adalah sebuah pengalihan dari mereka-mereka yang ingin melakukan tindakan pemberontakan dengan cara mengalihkan perhatian kita terhadap bahaya yang lain. Dan ketika kita sudah terfokus pada sudut pandang yang mereka ciptakan, saat itulah mereka memasukan paham baru yang mereka miliki kepada kita melalui gerakan-gerakan bersama yang dibungkus oleh sebuah organisasi atau perkumpulan-perkumpulan dengan merekrut generasi muda dalam kategori usia labil (15 s.d 30) untuk dikader menjadi penggerak sekaligus menjadi pelaku eksekusi misi-misi mereka.
Nah, jika ternyata dari sekian peristiwa bom berdarah akhir-akhir ini adalah bagian dari kerja mereka. Artinya saat ini, kita sebagai warga negaara Indonesia sedang dalam target pemusnahan mereka. Mereka akan memusnahkan kelompok-kelompok yang bersebrangan dengan paham mereka, memusnahkan siapa saja yang tidak sejalan dengan mereka. Bayangkan.. betapa sedang terancam bahanyanya kita saat ini. Mereka sedang memainkan ideologi itu bersama orang-orang disekitar kita, mencuci otak anak-anak kita dan memprovokasi saudara-saudara kita untuk menghancurkan kita. Kenapa ?! karena saat ini mereka sudah berada dekat diantara kita dan sayangnya kita tidak menyadari kehadiran mereka, tidak mampu mengendus keculasan mereka, karena daya nalar kita, semangat kebersamaan kita dan kewaspadaan kita telah berhasil mereka alihkan pada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, pada sesuatu yang nyata-nyata sudah punah, mati dan tidak akan hidup kembali. Betapa sia-sia dan bodohnya diri kita karena telah kita habiskan waktu hanya untuk memperhatikan sesuatu yang tidak akan pernah datang tetapi lupa menjaga benteng pertahanan yang bernama anak-anak. lingkungan, sahabat dan saudara sampai akhirnya kita terperangah menunggu kehancuran karena benteng-benteng kita itu sudah berubah menjadi zombie ganas yang siap melaksanakan eksekusi teror kepada siapapun termasuk diri kita sendiri.
Disinilah letak kelemahan kita yang mencintai kedamaian, yang menjunjung tinggi Pancasila dengan mereka yang senantiasa berupaya merubah tatanan kedamaian Indonesia dengan paham-paham mereka. Kita lupa karena terlalu percaya bahwa Pancasila itu sakti, sementara kesaktian Pancasila nyata terletak pada kewaspadaan dan kecerdasan kita melihat segala sesuatu yang datang bukan waspada pada sesuatu yang berkilau, dan mereka mampu memunculkan kilauan-kilauan diatas kepala mereka untuk mengelabui dan menghipnotis kita.
Yang pasti, banyaknya peristiwa di negeri ini sampai peristiwa Bom Kampung Melayu telah membuktikan sekaligus membuka mata kita semua, bahwa musuh Indonesia yang nyata saat ini adalah Paham Radikalisme yang tidak suka bangsa ini damai dalam kebersamaannya. Kelompok ini bekerja dibalik kesenangan kita, bergerak bersama kefanatikan kita dan berjaya dengan memanfaatkan budaya pengkultusan kita.Â
Lindungi anak-anak kita dari kegiatan-kegiatan organisasi yang mengatasnamakan perjuangan, dari kumpulan-kumpulan yang mengatasnamakan perubahan karena didalamnya ada berisi menanamkan ideologi baru yang menyesatkan, kontrol kehidupan anak-anak kita dari dunia komunikasi internet, dari segala berita-berita berisi propaganda keyakinan penghasutan dan pemicu perpecahan, slogan-slogan anti kemapanan dan anti keperintahan. Â Jaga lingkungan kampung kita dari upaya-upaya penggalangan masa yang mengatas namakan wadah diskusi dan belajar karena didalamnya kemungkinan berisi gerakan pencucian otak untuk menanamkan semangat fanatisme dari paham dan ideologi yang menyesatkan. Himbau dan minta aparat desa untuk selalu melakukan kegiatan-kegiatan positif yang berbasis kebersamaan, kekaryaan yang positif dan nasionalisme cinta Pancasila dan Kebhinnekaannya.
 Ingat.. target mereka adalah merekrut anak-anak kita dan kelompok masyarakat marjinal yang memiliki dendam kemapanan. Semoga, kita diselamatkan dari tindakan jahat mereka dan dihindari dari kejinya paham yang mereka sebarkan untuk menutup akal sehat kita dan tetaplah bergandengan tangan menjaga kedaulatan bangsa Indonesia yang Pancasila, Berbudaya dan Beriman.  Aamiin..
 **Salam saya Paknyang Kutai, diberanda samping gubuk menikmati malam sambil sruput kopi pahit berteman kretek lokal cap merah tua.
#MERDEKA - NKRI HARGA MATI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI