Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sebilah Keris di Genggaman Makar

12 Mei 2019   22:45 Diperbarui: 12 Mei 2019   22:55 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makar tidak menerima saja keputusan Pak Lurah. Ia membawa sebilah keris warisan keluarganya. Konon keris itu di dapat dari kakeknya ketika bertapa di sebuah kuburan tua di dekat hutan Maganeng.

Orang-orang yang sudah tahu apa yang akan diperbuat Makar, menggerombol di depan rumah Pak Lurah. Satupun tak ada yang berani berbicara dengan lelaki 40 tahun itu.

Pak Lurah tentu sudah lebih siap. Ia memutuskan kebijakan bukan serta merta. Ia punya tim pengamat kelakuan warga-warga. Bahkan, ia membayar mahal tim itu tiap bulannya.

"Keris ini yang akan bicara. Saya tidak pernah menyembah pohon. Saya tidak pernah menyembah sungai." ujarnya lantang.

Makar dinyatakan berperilaku menyimpang oleh Pak Lurah. Bahkan sebagai konsekuensinya, ia dinyatakan tidak berhak tinggal di wilayah kekuasaannya. Makar harus menyingkir. Begitu vonisnya.

Mulanya, ada keluhan kesah seputar Makar. Beberapa warga memergokinya bersujud di depan pohon beringin tua. Letaknya di pertigaan menuju makam.

Bahkan bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali. Ia biasanya bersujud malam hari. Sujudnya juga lama.

Sementara menyembah sungai, ia lakukan sore hari. Di bawah jembatan yang menghubungkan desanya dengan desa Prong. Ia berada di pinggir sungai. Sebelumnya, ia melakukan gerakan-gerakan semacam ilmu bela diri diakhiri sujud. Sujudnya juga lama.

Pak Lurah tidak tinggal diam. Ia punya hak untuk menjaga desa dari ajaran menyesatkan. Makanya, ia bentuk tim itu.  Lalu memutuskan kebijakan apa yang akan diambil.

Sebenarnya, Makar menjalani ritual itu kurang lebih lima tahun silam. Selepas ada pembantaian hewan-hewan ternak di kampung itu.

Ketika itu, ada ramalan jika hewan ternak menjadi penyebab utama bencana hebat di kampung itu. Ramalan itu datang dari mimpi sesepuh di kampung itu. Namanya, Mbah Karyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun