Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mereka yang Gugur Mengawal Pemilu

1 Mei 2019   15:24 Diperbarui: 1 Mei 2019   15:50 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Durasi kerja, menjadi salah satu rumusan ketika kita menengok sejarah perayaan hari buruh. Durasi kerja harus memanusiakan manusia. Proporsional.

Beban kerja yang melebihi kapasitas manusia adalah tindakan brutal. Maka ia harus ditentang. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian epik bunyi sila kelima.

Maka, mari kita melihat catatan penting sekaligus memilukan tentang pemilu 2019. Kedewasaan berdemokrasi. Klaim kemenangan dan klaim curang. Menurunnya angka golput. Terakhir, korban jiwa yang melayang.

Fokus catatan terakhir. Ada yang bilang, perlu dibuatkan monumen dengan nama-nama korban meninggal sebagai pahlawan demokrasi. Usulan pemberian santunan. Dan lain sebagainya.

Berapa jiwa yang menjadi "martir demokrasi"?

Satu nyawa, dua nyawa, hingga 300-an lebih. Dan masih mungkin bertambah. Lalu kita masih getol menyebut mereka yang meninggal sebagai pahlawan demorasi?

Sementara pihak yang mempunyai kuasa, entah siapa itu, tidak satu pun berujar: Mohon maaf atas tragedi ini. Saya bertanggung jawab penuh. Saya mundur dari jabatan yang saya emban.

Apakah pikirannya ketika yang meninggal di angka 10: ah masih 10. Lalu 20 jiwa: ah masih 20. Dan seterusnya. Mengerikan.

Apa mungkin masalah ini masih kurang penting dengan misalnya mendebatkan kecurangan, klaim kemenangan, pemindahan ibu kota.

Lalu apa penyebab kepergian pahlawan demokrasi itu?

Selain takdir dari Yang Maha Kuasa, ada yang namanya Beban Kerja. Beban kerja yang sangat brutal. Beban kerja yang melebihi kapasitas manusia.

Jika di Srilanka, 300an jiwa melayang dalam aksi teroris di kala Paskah kemarin, maka jumlah yang sama (dan berpotensi meningkat) terjadi di negara kita. Akibat pemilu.

Pemerintah Srilanka disebut abai karena tidak mengindahkan laporan intelejen dari negara tetangga. Yang konon lebih fokus pada sengketa kekuasaan.

Lalu bagaimana dengan di negara kita?  Apakah tragedi itu tidak terbaca ketika awal mendesain agenda akbar tersebut?

Baiklah. Santunan siap dikucurkan. Baiklah. Nama mereka katanya akan diabadikan dalam monumen kebangasaan.

Lalu apa kabar: Kemanusiaan yang adil dan beradab? Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

Sebelum pemilu, di twitter ada tagar golputmembunuhmu, karena ketika itu ramai-ramai tokoh besar negeri ini menyerang pegiat golput. Maka, mereka (golputer) memarodikannya. #golputmembunuhmu hingga #pemilu membunuhmu.

Tagar terakhir, ternyata tidak berhenti sekadar parodi. Ia menjadi realitas saat ini. #pemilumembunuhmu.

Selamat hari buruh. Selamat berjuang. Keadilan pasti datang, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

[]

Prambon
01/05/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun