Mohon tunggu...
Paklek Nasrurhanif
Paklek Nasrurhanif Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Hobi travelling dan membaca hal2 yang menarik untuk cari ilmu dan pengalaman yang menarik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keberhasilan Kinerja Strategis Kementerian ESDM (Tetap) Ditangan Menteri yang Dipilih Presiden Jokowi

24 Agustus 2016   20:50 Diperbarui: 24 Agustus 2016   21:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Posisi Strategis KESDM

Umumnya masyarakat mengenal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral mungkin hanya masalah minyak dan gas (Migas) entah itu sebagai penyumbang terbesar APBN atau permasalahan tata kelola migas dan konflik dengan mafia migas-nya. Atau paling banter terkait permasalahan PT Freeport misal dengan kontribusinya, ekspor konsentrat dan lainnya. Hal ini pulalah yang  umumnya telah di-mengerti maupun dipahami oleh masyarakat kompasiener di media blog bersama kompasiana ini.

Tetapi bagi saya sebagai masyarakat pemerhati masalah mineral dan energi (termasuk juga politik kontemporer) serta sebagai masyarakat umum juga  melihat betapa penting dan strategisnya Kementerian ESDM. Ketika berusaha menyimak lebih jauh kementerian strategis ini, betapa luar biasanya kementerian ESDM yang tidak hanya mengurusi kegiatan pada tahap hulu tetapi juga sekaligus mengurusi kegiatan Hilir yang tak kalah kompleksitasnya (tentunya sektor terkait). Belum lagi mengurusi kegiatan bersifat kebencanaan geologi dan cara pencegahannya serta sektor lainnya yang terkait misal antara lain dalam bidang parawisata (Geo-heritage), lingkungan (geo-konservasi) dan pada  bidang geo-engineering (Sipil dan tata wilayah/kota).

Tulisan ini memang tidak akan menguraikan secara detail kondisi Kementerian ESDM secara detail, tetapi berusaha mengajak kepada para pemerhati kompasiana mengerti dan memahami betapa raksasa-nya permasalahan yang dihadapi oleh kementerian tersebut. Jadi siapapun/ seorang menteri yang dianggap mumpuni untuk diberi tanggungjawab, harus mengerti kondisi secara menyeluruh dan memahami apa yang harus dicapai kedepan (apalagi masa kerjanya cukup singkat sekitar 3 tahunan). Penulis hakul yakin Pak Jokowi mengerti ini dan tidak akan sembarangan memilih calon menteri untuk menduduki kursi panas kementerian terkait.

Kementerian ESDM mempunyai empat sektor teknis yaitu Unit Kelistrikan (termasuk dari hulu ke hilir/distribusinya), Migas/Minyak dan Gas Bumi (termasuk dari hulu ke hilir/pengolahan dan distribusinya), Minerba/Mineral dan Batubara (hulu ke hilir/proses lanjut untuk nilai tambah) dan EBTKE/ Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (penerapan pengembangan energi untuk komersialisasi).

Unit-unit teknis tersebut masih ditambah lagi Badan Geologi yang mengurusi kegiatan bersifat kegiatan survei/pemetaaan  geologi (termasuk migas), pengembangan ilmu kebumian (Pusat Survey Geologi); pemantauan  kegunung-apian,  terkait kebencanaan geologi dan cara pencegahannya/ termasuk bencana tektonik (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), serta sektor lainnya yang terkait misal antara lain pemetaan potensi Minerba-Pabum, bidang parawisata (Geo-heritage), lingkungan (geo-konservasi) dan pada  bidang geo-engineering (Sipil dan tata wilayah/kota).

Cakupan Strategis KESDM

“ Negara-negara maju adalah negara yang sepenuhnya dapat menguasai energi dan menjamin secara optimal energinya untuk kepentingan rakyatnya atau kebutuhan industrinya”. Strategisnya lingkup maupun cakupan kerja KESDM ini, menurut saya begitu raksasa meliputi rangkaian kegiatan dari hulu ke hilir dan dari yang bersifat pengembangan sains sampai dengan bisnis yang mencakup hajat hidup orang banyak.

Terkadang bagi yang hanya berkepentingan pragmatis hanya melihat dari pengembangan bisnis di hilir sebagai contoh mereka hanya melihat yang pertama di bidang migas antara lain keuntungan izin pengusahaan konsesi migas, bisnis ekspor-impor migas, distribusi migas (termasuk bisnis infrastruktur penunjang); kedua di bidang minerba/mineral dan batubara antara lain keuntungan izin pengusahaan konsesi minerba, bisnis ekspor raw material mineral dan batubara.

Ketiga adalah dibidang kelistrikan misal antara lain pengadaan logistik batubara untuk PLTU, pengembangan infrastruktur utama maupun penunjang (pengadaan PLTU dan jaringan distribusinya); saya kira banyak sektor lain yang diincar sekedar keuntungan bisnis semata-mata baik jangka pendek maupun panjang, sehingga yang timbul adalah mafia – mafia diberbagai sektor diatas. Menurut saya mereka juga tidak melihat bahwa dibalik itu adanya kepentingan negara/nasional dipertaruhkan untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Ketika mereka, kaum pragmatis yang berada di lingkaran kekuasaan maupun tidak, sudah punya kandidat menteri untuk di usulkan kepada Presiden Jokowi, biasanya berlindung dibalik pernyataan bahasa dewa demi memberantas mafia, pengembangan sektor terkait tetapi justru secara halus menguntungkan pihak lain (sesuai latar belakang bisnis mereka). Kaum pragmatis tidak melihat bahwa sektor ESDM perlu pengembangan sektor hulu yang masih jalan ditempat seperti pengembangan eksplorasi pabum, komersialisasi nilai tambah batubara, pengembangan sektor EBTKE dan masih banyak hal terkait.

Di sektor hilir pengembangan nilai tambah mineral logam utama (pemurnian emas, perak, tembaga dan pengolahan tingkat lanjut raw material bauksit, mangan, nikel, bijih besi dll) termasuk harmonisasi dengan sektor industri hilir/manufaktur/barang jadi/konsumen akhir, kemudian pengembangan kilang-kilang migas untuk antipasi sebagai negara “net importir” migas, dan permasalahan lain yang juga raksasa terkait sektor-sektor lainnya misal dengan kehutanan dan LH, Industri dan perdagangan, keuangan dll.

Indonesia sekarang ini harus dipahami sebetulnya kalau kita lihat dari potensi sumberdaya energi dan mineral kita bukan yang kaya secara kuntitatif karena potensi tidak sebesar apa yang masyarakat awam ketahui (berdasarkan statistik energi dunia)  walaupun kita kaya akan keragaman potensi mineral dan kualitas migas yang kita punyai. Sektor ESDM selama ini merupakan salah satu tulang punggung penopang/penyangga APBN sehingga siapapun yang diberi kehormatan untuk menjadi menteri juga harusnya memberikan sumbangan-sumbangan inovatif untuk mencari peluang devisa dengan pengembangan sektor terkait.

Dibidang Migas setelah rantai kebocoran devisa dikurangi, semoga kita bisa mengimpikan seperti Singapura yang tidak punya sumberdaya energi tetapi bisa menjadi ekspotir energi (tentunya kebutuhan energi dalam negeri terpenuhi). Tetapi memang sebagai negara yang masih mempunyai sumberdaya energi terbatas harus dituntut mengelola secara efisien dan optimal dan ini harus didukung oleh sumberdaya manusia yang kompeten tetapi juga harus jujur berjiwa nasionalis.

Hal ini juga berlaku untuk pengelolaan sumberdaya minerba yang harus dikelola secara bijaksana dan bertanggungjawab tidak hanya melulu menjaring investor tetapi juga harus menyeleksi mana yang sungguh2 berinvestasi atau yang hanya abal-abal/cuma calo hanya mencari keuntungan sesaat.

Hal-hal diatas tentunya hanya sebagian contoh kecil saja kupasan/uraian tentang cakupan/lingkup strategis kementerian ESDM, hal lainnya tentunya masih banyak untuk diuraikan. Tetapi yang perlu digaris bawahi untuk menunjang keberhasilan seorang menteri ESDM juga ditunjang jajaran manajemen/organisasi yang solid dan saling bahu membahu juga sumberdaya manusia yang kompeten tetapi juga harus jujur berjiwa nasionalis.

Saya sebagai seorang pemerhati mungkin melihat bahwa tatanan idealnya hal diatas juga ditunjang sistem organisasi yang handal tidak bongkar pasang tetapi cukup sederhana dengan sistem yang fleksibel selalu mengakomodasi pengembangan organisasi tanpa perlu bergantung siapa yang berkuasa. Biasanya salah satu penunjang keberhasilan pada suatu organisasi/instansi strategis perlu tunjangan di luar gaji pokok yang memadai sehingga dapat memberikan kenyamanan hidup demi ketercapaian tujuan organisasi ini.

Kriteria Strategis Menteri ESDM

Secara sederhana saya mengusulkan kriteria ideal yang dibutuhkan untuk seorang menteri ESDM, antara lain yaitu;

  1. Takut pada kekuasaan Tuhan YME;
  2. Mempunyai dukungan politik yang memadai/kalau tidak bisa dibilang harus kuat secara politik (sebagai contoh seperti Pak Luhut atau Ibu Puan keduanya), maaf saya harap bukan mereka tetapi posisinya seperti mereka;
  3. Sama seperti jajaran dibawahnya harus kompeten, jujur berjiwa nasionalis dan mempunyai jiwa leadership/kepemimpinan yang tinggi;
  4. Poin ketiga menjamin dia tidak mudah di-setir, dipengaruhi, independen dari kaum bisnis pragmatis atau kepentingan politis pragmatis;
  5. Membawa organisasi menjadi mandiri dan paham betul dengan jaringan organisasi yang dipimpin sehingga tanggap akan dinamika organisasi.

Saya berharap usulan ini menjadi pertimbangan pokok untuk memilih seorang menteri ESDM, saya kira mungkin banyak poin2 lain yang penting sebagai kriteria diatas, tetapi beberapa poin diatas insha Allah sudah memberikan gambaran seperti apa menteri ESDM yang ideal paling tidak menurut saya. Kondisi sekarang terkadang ada menteri “bagus’ malah diganti/digeser sedangkan ada menteri yang biasa aja tapi penuh kontorversial malah terus digunakan.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun