Mohon tunggu...
Maruntung Sihombing
Maruntung Sihombing Mohon Tunggu... Guru - Karya Nyata bukan Karya Kata

Saya seorang guru di Papua, juga suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Arus Utama Pendidikan Papua

20 November 2019   20:57 Diperbarui: 26 November 2019   07:21 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu model pembelajaran diluar kelas yang dilakukan anak-anak Lanny Jaya di Indawa

Ada banyak data yang bisa dijejerkan untuk menunjukkan bahwa pendidikan di Papua mesti dijadikan sebagai arusutama yang harus dikedepankan dalam pembangunan. Data Kemendikbud tahun 2015/2016 menyatakan terdapat 43 persen anak usia sekolah yang tidak masuk SD, 58 persen tidak masuk SMP, dan 54 persen tidak masuk SMA. 

Kemudian,  ada 7.600 ruang kelas SD rusak dan 2.300 ruang kelas yang tidak bisa dipakai, sedangkan untuk tingkat SMP ada 2.200 ruang kelas yang rusak  dan 300 ruang yang tidak bisa dipakai.

Padahal, sama-sama kita ketahui bahwa pendidikan menjadi fondasi sentral membangun peradaban bangsa ataupun daerah. Jika pembangunan pendidikannya saja sudah gagal, maka ihktiar membangun Papua bangkit, maju dan mandiri akan susah diwujudnyatakan. Belum lagi kegagalan ini sudah terjadi hampir di semua tingkatan pendidikan dasar. Padahal kalau di dasarnya saja Papua sudah gagal, maka di pucuk-pucuknya susah untuk diharapkan.

Fokus Bangun SDM

Apalagi kalau kita komparasikan dimana pemerintah lebih 'memilih' pemusatan pembangunan fisik (pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara hingga listrik) ketimbang pembangunan SDM-nya. 

Pemerintah seolah sibuk memberikan 'ikan' tapi lupa mempersenjatainya dengan 'kail'. Padahal akan jauh lebih sempurna bila pembangunan juga dilakukan secara menyeluruh dan menyentuh manusianya. Penting dipahami bersama agar menjadi sandaran sama-sama bahwa tujuan pembangunan yang sebenarnya adalah manusia itu sendiri.

Alvionita Kogoya, salah satu anak jenius dari Papua yang diundang Jokowi ke Istana Negara (sumebr: detik.com)
Alvionita Kogoya, salah satu anak jenius dari Papua yang diundang Jokowi ke Istana Negara (sumebr: detik.com)
 Cina misalnya yang dulu ingin bangsanya hidup tenang berkeyakinan dengan membangun tembok yang menjulang tinggi itu, maka tak akan ada orang yang sanggup menerobosnya. 

Yang terjadi malah 100 tahun pertama setelah tembok berhasil dibangun, mereka bukan malah hidup tenang, Cina bahkan terlibat peperangan besar sebanyak tiga kali. Ironisnya, pada setiap kali peperangan itu, pasukan musuh tidak menghancurkan tembok atau memanjatnya, tetapi cukup menyogok penjaga pintu gerbang. 

Cina zaman itu telalu sibuk dengan pembangunan tembok, tetapi mereka lupa membangun manusianya. Dan hari ini, sama-sama kita tahu Cina dengan segala kehebatannya.

Pagelaran seni anak-anak Lanny Jaya di Indawa
Pagelaran seni anak-anak Lanny Jaya di Indawa

Bila kita mengekor dengan Tajuk Rencana Kompas (04/10), kita akan samakin paham lagi bahwa sangat penting melakukan pembenahan menyeluruh dalam semua bidang khususnya pendidikan dan kesehatan karena tanpa itu bukan hanya bonus demografi akan lewat tapi kita bisa diperhadapkan pada ancaman lost generation. Ini tentu bisa meremukkan ihwal harapan kita untuk membangun Papua selama ini bila 'bencana' ini benar-benar terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun