Mendekati pemungutan suara Pilkada Depok, setiap kandidat berusaha menawarkan program terbaiknya kepada masyarakat. Mereka berloma-lomba menarik simpati agar dipilih dan menang.
Hal itu sah-sah saja, dan wajar. Namun masyarakat juga perlu kritis dan rasional dalam menilai program yang ditawarkan Paslon. Karena kadang, apa yang ditawarkan mereka itu tidak masuk akal.
Misalnya, janji kampanye sektor pendidikan yang sempat dilontarkan oleh Calon Wakil Walikota Depok, Chandra Rahmansyah ketika pidato pengundian nomor urut di KPU Depok, beberapa waktu lalu.
Saat itu, Chandra Rahmansyah menyenggol program pendidikan milik Calon Walikota Depok dan Wakil Walikota nomor urut 1, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq bertajuk satu rumah satu sarjana.
"Kalau tadi Bang Imam bilang satu keluarga satu sarjana, kalau kita semua anak jadi sarjana. Hidup kuliah gratis," terang Chandra Rahmansyah, sebagaimana dikutip dari radardepok.com, Selasa (24/09).
Meski kesannya sangat populis, namun janji kampanye seperti itu tak rasional dan masuk akal. Apalagi jika ditinjau dari jumlah siswa dan anggaran pendidikan di Depok.
Coba kita hitung saja, berdasarkan data Kemendikbud, jumlah seluruh siswa kelas 12 SMA/SMK di Depok saat ini sebanyak 72 ribu.
Lalu, rata-rata biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menurut BPS tahun 2021 sebesar Rp 12,7 juta/semester. Kita asumsikan pakai data ini saja, meski sebenarnya ada inflasi tiap tahun.
Jika semua anak lulus SMA/SMK akan dibiayai kuliah oleh Supian Suri-Chandra, maka perhitungannya: 72 ribu x 12,7 juta = Rp 918 miliar/semester, jika dikali 2 maka Rp 1,83 triliun per tahun.
Sementara, anggaran pendidikan di Kota Depok tahun 2024 ini sekitar Rp 3,8 triliun. Artinya, ada sekitar 47 persen anggaran pendidikan akan tersedot untuk membiaya program tersebut jika benar-benar dijalankan.