Tanggal 1 Desember biasanya diperingati sebagai Hari HIV/AIDS sedunia. Momen ini menjadi napak tilas bagi kita untuk tetap waspada dengan penyakit ini, sekaligus terus berusaha mencegah penyebarannya.
Hingga tahun 2019, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan global. Tercatat penyakit ini menyebabkan kematian hingga 32 juta orang di dunia.
Kementerian Kesehatan memperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 640.443 kasus. Namun yang bisa dideteksi sejak tahun 1987 hingga 31 Maret 2020 hanya 511.955, atau 79,94 persen.
Hal itu artinya ada 128.499 ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang tidak terdeteksi. ODHA ini bisa menjadi mata rantai penularan HIV/AIDS baru di masyarakat karena mereka tidak menyadari dirinya mengidap HIV/AIDS.
Kemungkinan itu terjadi karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang khas pada fisik ODHA, dan tidak ada pula keluhan kesehatan yang khas HIV/AIDS. Inilah yang patut diwaspadai secara seksama.
Adapun sebaran kasus HIV/AIDS ini sangat luas, dan hampir merata di seluruh daerah di Indonesia. Bisa dikatakan tak ada daerah yang terlepas dari paparan penyakit ini.
Namun, ada beberapa daerah yang tingkat kasusnya sangat tinggi, salah satunya adalah Papua.
Menurut catatan Kemenkes RI per 29 Mei 2020, Papua menjadi provinsi dengan kasus AIDS tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 23.609 kasus. Sedangkan untuk kasus HIV, Provinsi Papua berada di peringkat empat nasional.
Jika kasus HIV dan AIDS itu dijumlahkan, maka muncul jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS. Terkait ini, Provinsi Papua juga termasuk yang tertinggi, tepatnya berada di urutan ketiga dengan jumlah kasus sebanyak 60.606.
Singkat kata, Papua selama ini menjadi kawasan yang paling rentan terkait penyebaran HIV/AIDS.