Mudik sudah menjadi tradisi turun temurun yang terus terjadi setiap tahun. Jumlahnya terus berjibun dengan angka kecelakaan yang tak kunjung turun.
Biasanya mudik bersama teman atau keluarga naik sepeda motor akan lebih nikmat. Bagi mereka, kendaraan tersebut lebih mudah mencari jalan alternatif dan antimacet. Waktu perjalanan pun bisa dipangkas karena antimacet tersebut. Sepeda motor bisa dengan mudah mencari jalur di jalanan macet sekalipun.
Selain itu, kita bisa mampir ke rumah teman di sepanjang perjalanan menuju kampung halaman, khususnya bila kita kecapekan di jalan.
Itulah saran dari kakak kelasku saat aku kuliah di Denpasar dulu. Dia pun bersedia menjadi sopir sepeda motornya dan aku diminta bersedia menemaninya. “Kalau naik sepeda motor sendirian ngga asyik. Kalau ada teman kan enak, bisa diajak ngobrol,”kata temanku.
Tahun pertama kuliah di Bali memang aku tidak mudik karena alasan biaya. Namun di tahun kedua, aku berusaha mudik karena hanya bisa mudik saat musim libur kuliah tiba. Itu pun tidak lama karena banyak tugas kampus yang harus segera dikerjakan.
Akhirnya aku mengiyakan ajakan temanku untuk mudik selamat bersama naik sepeda motor. Aku memilih H-2 Lebaran dengan harapan masih bisa berbuka di hari terakhir puasa. Aku kangen dengan puasa di kampung karena nuansa Ramadhannya begitu terasa.
Saat perjalanan mudik tiba, akhirnya aku hanya menyiapkan baju seadanya dalam satu tas kecil. Aku pun tidak membawa oleh-oleh, takut memberatkan teman. Ternyata dia pun demikian, tidak membawa oleh-oleh banyak sehingga perjalanan diperkirakan lancar.
Saat itu, teman hanya memiliki sepeda motor keluaran tahun lama sehingga diperkirakan tidak bisa ngebut di jalan. Teman memakai Honda Astrea 800 dengan kecepatan maksimal 40 kilometer per jam. “Lagian kita ngapain ngebut. Lebih baik menikmati perjalanan mudik selamat dari Denpasar menuju Kediri, Jawa Timur dengan tenang,” katanya.
Aku pun mengiyakan dan kami berangkat pukul 14.00 siang waktu Denpasar. Perkiraan tiba di Banyuwangi sekitar pukul 18.00 WIB dan bisa berbuka puasa di sana. Kebetulan ada teman di Banyuwangi dan sudah siap menyambut kami.
Perjalanan tahap pertama lancar. Kami pun menginap sehari dan dilanjutkan keesokan paginya. Perkiraan kami tiba di Kediri sekitar pukul 14.00 siang.
Namun naas, perjalanan dari Banyuwangi menuju Kediri ditemani hujan lebat sehingga memicu kami mengurangi kecepatan kendaraan.