Selain itu, BCA juga menggelar BCA Innovation Award. Ajang ini untuk menggali ide bisnis namun untuk kalangan internal. BCA yang memiliki sekitar 22 ribu karyawan diharapkan mampu menelurkan ide-ide bisnis yang bermanfaat bagi perusahaan dan nasabah.
BCA juga bekerja sama dengan startup, khususnya fintech tadi. Bagi BCA, startup terutama fintech bukan saingan bisnis meski mereka juga tahu persis apa yang diinginkan konsumen.
Hermawan menilai, bank punya nasabah dan nasabah tersebut tahu perbankan yang dijadikan tempat untuk menyimpan uangnya. Tapi startup belum tentu paham penggunanya apakah tahu ada perusahaan seperti itu.
Intinya, bisnis apapun harus terikat kepercayaan (trust). “Ini yang tidak dimiliki fintech. Kita akan kolaborasi dengan startup, termasuk fintech karena mereka ujung-ujungnya ke bank juga,” katanya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, sekarang gawai sudah semakin mungil namun memiliki kegunaan luar biasa. Nanti bisa jadi gawai sebesar token untuk mengunci, mengatur pendingin udara (AC), hingga transaksi perbankan.
“Kadang teknologi yang tidak terpikirkan zaman dulu malah terwujud nanti. Siap-siap nanti universitas tidak ada lagi secara fisik karena semua bisa virtual, siapa tahu,” kata Jahja.
Menurut Jahja, bank tetap harus ada sentuhan manusianya (human touch) dan memiliki hubungan interaksi. “Tapi perbankan juga sangat terbantu dengan teknologi.”
Saat ini BCA sedang menggodok hasil ide dari pemenang Finhacks lalu. Salah satunya chat banking, virtualisasi kartu kredit, hingga aplikasi e-commerce. “Nanti akan dipilih yang akan diseriusi.”
Sebagai institusi perbankan, BCA juga menyadari teknologi merupakan salah satu faktor utama pendukung bisnis. Teknologi akan terus menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkembangan produk dan layanan perbankan di tahun-tahun mendatang.