Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masa Depan Perbankan Terancam?

5 Maret 2016   20:52 Diperbarui: 5 Maret 2016   21:01 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Direktur BCA Armand Wahyudi Hartono memberikan presentasi The Future of Banking di Social Media Week di Jakarta, Kamis (25/2). Foto: Dokpri"][/caption]Dulu masyarakat menabung di bawah kasur atau bantal, di bambu yang dilubangi, hingga celengan dari tanah liat atau plastik.

Zaman pun terus berubah. Perbankan masuk melalui kantor cabang dan mendorong masyarakat menyimpan dana di perbankan. Saat itu masyarakat harus mengambil uang di perbankan dengan menunjukkan buku tabungannya.

Zaman pun berubah lagi dan muncullah Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Mesin elektronik tersebut mengubah kebiasaan orang dalam bertransaksi layanan keuangan, seperti mengambil uang dan mentransfer uang.

Perbankan pun terus berkembang seiring zaman dengan merilis sms banking, internet banking dan mobile banking. Nah, ketiga produk ini muncul dalam 10 tahun terakhir. Perkembangannya begitu cepat mengalahkan penetrasi masyarakat dalam menabung di bank.

Saat itu saya bersyukur sekali bertemu Armand Wahyudi Hartono saat Social Media Week di Jakarta, beberapa waktu lalu. Siapa dia?

Beliau adalah putra bungsu bos Grup Djarum, Rudi Hartono. Saat ini Armand menjabat sebagai salah satu Direktur BCA sejak 14 September 2009.

Beliau bertanggung jawab atas operasional wilayah dan cabang di luar area Jabodetabek dan Surabaya. Selain itu juga bertanggung jawab pada divisi operasional yakni operasi pembayaran domestik, operasi perbankan elektronik, serta operasi perdagangan dan pembayaran internasional.

Dalam lima tahun ke depan, dunia perbankan akan penuh tantangan, terutama menjawab keinginan nasabah dalam bertransaksi secara cepat, aman, dan nyaman.

Di sisi lain, layanan transaksi keuangan ke depan tak perlu mahal, meski ada rencana dari BCA untuk mengenakan biaya saat mengecek saldo untuk mendongkrak pendapatan bunga bersih (fee based income) demi kenaikan laba.

Ke depan, layanan perbankan pun dituntut untuk mobile seiring penetrasi jumlah ponsel. Ada bahan becandaan, kita tidak akan ketakutan ketinggalan dompet daripada ketinggalan ponsel.

[caption caption="Direktur BCA Armand Hartono. Foto: Dok. BCA"]

[/caption]

Masyarakat saat ini seolah tidak mau terlepas dari ponsel dan ingin apapun bisa dilakukan dengan ponselnya. Itulah sms banking, internet banking hingga mobile banking marak. Perbankan pun membuat layanan tersebut untuk menjembati nasabah yang kini mulai enggan datang ke kantor cabang. Baca: BCA (tak lagi) capek antre.

Nah ke depan, bukan tak mungkin layanan perbankan akan berubah seiring inovasi teknologi. BCA kini sudah memiliki layanan kartu flazz, Sakuku, hingga Laku Pandai untuk memermudah pembayaran dan agen perbankan.

Manusia ke depan akan lebih sering berhubungan dengan mesin. Misalnya membayar cukup dengan menempelkan kartu pada mesin (jadi tidak perlu dompet atau uang fisik lagi).

Begitu juga saat membuka rekening yang kini masih mengharuskan nasabah harus bertatap muka dengan teller bank. Ke depan, bila sudah diizinkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), cara tersebut bisa berganti karena teller dan nasabah bisa melalui panggilan video. Entah mekanisme ini kapan direalisasikan.

“Kami akan bertindak lebih cepat agar tidak ketinggalan teknologi. Kami akan terus berinovasi seiring perkembangan teknologi serta menyediakan layanan perbankan yang memudahkan nasabah ke depan,”katanya. Sekilas presentasi bisa dilihat di sini.

Tentu berbagai kemudahan tersebut menimbulkan risiko perbankan. Misalnya nasabah lupa PIN atau justru memberikan PIN ATM ke orang lain. Bisa jadi nasabah lupa log out saat memakai internet banking di layanan internet wifi.

Selain fungsi intermediasi, perbankan khususnya BCA terus mengedukasi nasabahnya untuk selalu menjaga PIN ATM dan melakukan transaksi perbankan secara aman sesuai petunjuk perbankan.

Untuk bisa bertahan, perbankan pun dituntut efisiensi dan terus inovasi agar tak habis ditelan perkembangan teknologi. Kini perbankan asing pun sudah mulai mengurangi jumlah pekerja dan mengurangi divisi perbankan yang tidak menguntungkan.

Bila bisnis tak menghasilkan laba, tentunya perbankan harus menyerah, mengibarkan bendera putih dengan merger atau diakuisisi perbankan lain yang lebih besar.

Ini tentu saja menjadi ancaman bagi perbankan. Selain harus menguntungkan secara bisnis juga harus mendongkrak nasabah dengan merilis produk keuangan yang dibutuhkan masyarakat.

Kemudahan dan kepraktisan menjadi kunci perbankan di masa depan selain harus adaptasi dengan teknologi dan terus inovasi. Bila tak mampu, siap-siap perbankan mati. Semoga itu tak terjadi pada BCA.

[caption caption="Gaya presentasi Direktur BCA Armand Hartono saat di Social Media Week. Foto: Dok. BCA"]

[/caption]

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun