Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Rencana Pendidikan Anak, Pentingkah?

31 Oktober 2015   20:59 Diperbarui: 31 Oktober 2015   21:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Memasukkan anak pada sekolah bagus juga bukan gengsi, apalagi demi mencari materi, selepas lulus nanti. Urusan materi, itu hanya rezeki. Tugas kita sebagai orang tua hanya menyiapkan bekal sekolah anak sambil terus mengawasi perkembangannya."

Saya kembali ingat kepada orangtuaku yang sempat menjual sawah sekitar Rp 10 juta. Padahal sawah itu merupakan warisan nenek bagi keluarga kami.

Dana itu digunakan untuk biaya masuk kuliahku dan saya baru tahu bapak menjual sawah untuk biaya kuliahku dua tahun kemudian. Memang dana tersebut hanya cukup untuk biaya masuk. Namun ia berpesan untuk sekolah yang benar supaya bisa membantu adik nantinya. Hingga kini saya berusaha untuk mengumpulkan uang demi mengembalikan sawah yang dulu dijual.

Saat itu saya menjadi orang pertama di kampung yang masuk kuliah. Saya juga takjub dengan pemikiran orang tuaku. Padahal ia tidak lulus Sekolah Rakyat (SR). Bapak dulu juga tidak tamat. Ibu terpaksa kawin muda karena nenek tak memiliki dana cukup untuk menyekolahkannya.

“Bapak dan ibu dulu tak sempat menamatkan pendidikan. Kini, giliran kamu yang harus sekolah tinggi supaya bisa membantu harkat dan martabat keluarga. Nanti kalau kamu sukses, giliranmu untuk membantu kuliah adikmu.”Begitu pesan ayah saat mengantarku kuliah di Bali.

[caption caption="Ilustrasi pendidikan anak"]

[/caption]

Ayahku bukan konglomerat, bukan pengusaha. Dia hanya petani biasa yang benar-benar memikirkan masa depan anaknya. Pendidikan anak, baginya, begitu penting sampai ia rela membanting tulang hingga menjual sawah untuk biaya pendidikan anaknya.

Berbicara dana pendidikan, kini banyak perbankan memudahkan nasabahnya merencanakan tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan. Benar kata perencana keuangan, menabung saja tidak cukup untuk membiayai masa depan kita. Dana tabungan pun meski segunung, tetap akan tergerus inflasi.

Berdasarkan riset perencana keuangan ZAPFIN, rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia mencapai 15 persen per tahun. Apalagi, kalau gaji kita atau pendapatan kita tak sampai naik dengan rata-rata tersebut, tentu kita akan kesusahan mengimbanginya. Bisa simak video di sini dan sini.

Lantas mengapa kita harus menyiapkan dana segitu banyak untuk pendidikan anak kita? Padahal kan kita bisa menyekolahkan anak di sekolah yang murah?

Nah, besarnya biaya pendidikan akan memengaruhi saat memilih sekolah untuk anak. Sebagai orang tua tentu ingin anak-anaknya mendapatkan sekolah hingga perguruan tinggi yang sesuai dengan potensi dan membantu anak mewujudkan cita-citanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun