Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahmed dan Doktrin Kurikulum Guru

17 September 2015   15:57 Diperbarui: 17 September 2015   16:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahmed dan rutinitasnya memerbaiki alat elektronik. (Sumber: Wired.com)"][/caption]

Mohamed Elhassan Mohamed atau yang akrab disapa Ahmed Mohamed, seorang siswa MacArthur High School, America Serikat menjadi buah bibir di seluruh dunia. Bahkan Presiden AS Barack Obama, Twitter, Majalah Time membicarakannya.

Siapa dia?

Ahmed hanyalah seorang siswa yang berniat memberi kejutan kepada gurunya berupa sebuah jam dengan fitur alarm yang dibuatnya sendiri. Namun sang guru Ahmed justru mencurigai bahwa alat tersebut dianggap bom. Ceritanya ada di sini.

Sang guru pun memanggil Kepala Polisi Distrik Irving, Larry Boid. Polisi tersebut sempat mengintrogasi Ahmed dan Ahmed mendapat hukuman diborgol di depan teman-teman sekelasnya serta dibawa ke tahanan remaja, meski akhirnya Ahmed berhasil dibebaskan karena tak ada bukti yang menunjukkan niat membuat bom.

Pihak sekolah dan kepolisian setempat beralasan, masyarakat Amerika Serikat masih ketakutan (fobia) terhadap alat menyerupai bom. Apalagi alat tersebut dibawa ke sekolah atau tempat umum. “Tentu saja kita sudah pernah melihat hal-hal buruk terjadi di negara kita. Jadi harus tetap waspada,”kata Boyd.

Sebenarnya ketakutan tersebut cukup beralasan. Namun ketakutan sang guru tersebut belum diketahui apakah murni karena alasan keamanan atau justru terkait agama. Ya, Ahmed seorang muslim. Di negara maju, masih ada beberapa kelompok masyarakat yang anti terhadap muslim.

Apalagi selama ini negara maju menganggap muslim sebagai pelaku teror atau yang menyebarkan paham terorisme.

Lepas dari anggapan isu SARA (Suku, Agama, Ras, Adat) tersebut, sang guru seharusnya mengapresiasi apapun yang dibuat siswanya.

Pandangan miring dari guru terhadap siswa juga diungkap dalam film Fantastic 4. Saat itu Reed Richards kecil sedang mempresentasikan alat teleportasi (sebuah mesi yang mampu mengirim orang melewati jarak atau ruang) di depan kelas. Namun sang guru menganggap presentasi Reed terlalu mengada-ada karena kegiatan sekolah saat itu berkaitan dengan Hari Karir (Career Day).

“Bahkan jika kau bisa membangin hal yang kau tak bisa…,”kata guru itu yang langsung disanggah oleh Reed kecil,”Saya sudah membuat alat tersebut di garasi,”katanya.

“Apakah selanjutnya mobil terbang?” tanya guru itu yang langsung disambut tawa dari murid sekelas.

Reed lantas terus menjelaskan fungsi alat tersebut meski sangat susah diterima oleh sang guru, apalagi murid seumurannya. Namun sang guru langsung memotong pernyataan Reed kecil saat presentasi dan langsung menyuruhnya duduk kembali.

“Itu semua sangat menarik tapi tugasnya adalah untuk memilih karir yang nyata di dunia nyata. Kerjakan ulang laporanmu dan aku akan membiarkanmu mencobanya lagi besok,”kata guru tersebut.

Adegan pembuka film Fantastic 4 tersebut, bagiku, sangat keren. Guru, meski saya tidak menyebut kebanyakan guru bersifat seperti itu, hanya berkutat pada kurikulum.

Siswa kadang tidak diberikan kebebasan berkreasi sesuai minatnya dan cenderung dipaksa belajar apa yang sudah ada di kurikulum. Inilah yang menjadikan kita seolah terpaku pada kurikulum dan memicu otak kita tak berkreasi.

Lantas saya coba mencari tahu tanda pagar di Twitter #IStandWithAhmed. Ternyata begitu banyak yang bersimpati atas apa yang dilakukan Ahmed.

Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook berujar dalam akunnya. Kalian harus mengetahui kisah Ahmed, siswa 14 tahun di Texas yang membuat jam dan ditahan saat ia membawanya ke sekolah.

Memiliki sesuatu keterampilan dan ambisi membuat sesuatu seharusnya diapresiasi, bukan malah ditahan. Masa depan ada pada orang-orang seperti Ahmed.

Ahmed, jika kamu ingin datang ke Facebook, aku sangat ingin bertemu. Teruslah berkreasi.

Twitter dalam akun resminya juga menyatakan mengundang Ahmed dalam sebuah kerja magang.

Yang menarik, orang nomor satu di Amerika Serikat, Barack Obama pun akhirnya berkoar atas diskriminasi yang dialami Ahmed.

Semoga saja dunia semakin damai dengan tidak ada yang fobia Islam. Satu lagi, guru juga bisa diajarkan menghargai siswanya. Tak melulu mengajarkan doktrin kurikulum yang justru mengungkung kreativitas siswanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun