Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahmed dan Doktrin Kurikulum Guru

17 September 2015   15:57 Diperbarui: 17 September 2015   16:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lepas dari anggapan isu SARA (Suku, Agama, Ras, Adat) tersebut, sang guru seharusnya mengapresiasi apapun yang dibuat siswanya.

Pandangan miring dari guru terhadap siswa juga diungkap dalam film Fantastic 4. Saat itu Reed Richards kecil sedang mempresentasikan alat teleportasi (sebuah mesi yang mampu mengirim orang melewati jarak atau ruang) di depan kelas. Namun sang guru menganggap presentasi Reed terlalu mengada-ada karena kegiatan sekolah saat itu berkaitan dengan Hari Karir (Career Day).

“Bahkan jika kau bisa membangin hal yang kau tak bisa…,”kata guru itu yang langsung disanggah oleh Reed kecil,”Saya sudah membuat alat tersebut di garasi,”katanya.

“Apakah selanjutnya mobil terbang?” tanya guru itu yang langsung disambut tawa dari murid sekelas.

Reed lantas terus menjelaskan fungsi alat tersebut meski sangat susah diterima oleh sang guru, apalagi murid seumurannya. Namun sang guru langsung memotong pernyataan Reed kecil saat presentasi dan langsung menyuruhnya duduk kembali.

“Itu semua sangat menarik tapi tugasnya adalah untuk memilih karir yang nyata di dunia nyata. Kerjakan ulang laporanmu dan aku akan membiarkanmu mencobanya lagi besok,”kata guru tersebut.

Adegan pembuka film Fantastic 4 tersebut, bagiku, sangat keren. Guru, meski saya tidak menyebut kebanyakan guru bersifat seperti itu, hanya berkutat pada kurikulum.

Siswa kadang tidak diberikan kebebasan berkreasi sesuai minatnya dan cenderung dipaksa belajar apa yang sudah ada di kurikulum. Inilah yang menjadikan kita seolah terpaku pada kurikulum dan memicu otak kita tak berkreasi.

Lantas saya coba mencari tahu tanda pagar di Twitter #IStandWithAhmed. Ternyata begitu banyak yang bersimpati atas apa yang dilakukan Ahmed.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun