DULU AIR YANG HINA, JANGAN SAMPAI DURHAKA
Oleh : Didi Eko Ristanto
Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? (Az-Zumar 6)
Tilawah pagi ini kebetulan dimulai dari surat az-zumar ayat 6, menceritakan tentang bagaimana kita dahulu. Allah ciptakan kita semua manusia dari satu orang, yang kemudian dari satu orang itu berkembang luas sampai sekarang ini, yang jumlahnya tidak tahu berapa ratus milyar atau bahkan trilyun manusia.
Sejak zaman nabi Adam hingga saat ini coba lihat sekitar kita, di pasar, di kantor, di keluarga, di tetangga, di jalan-jalan, betapa manusia sebanyak itu dulunya adalah satu. Berasal dari Nabi Adam yang kemudian Allah ciptakan pasangan untuknya, Hawa.
Lihatlah warna kulitnya, bentuk tubuhnya, kemudian rambutnya, berbeda-beda jenis itu semua duduk dari satu yaitu Adam. Subhanallah. Lihatlah keragaman ras dan sukunya. Ada Asia, Eropa, Afrika dll. Lihatlah keragaman bahasa, pakaian, makanan dan tempat tinggalnya. Menakjubkan.
Bukankah ini cukup untuk membuat kita kagum dengan Allah subhanahu wa ta'ala? Malaikat, Allah ciptakan mungkin tetap jumlahnya, karena mereka tidak menikah dan beranak pinak. Tapi Allah menciptakan manusia dari satu tubuh yang Allah bentuk dari tanah dan tiupan ruh dariNya lalu berkembang luas berkembang sampai saat ini dan entah sampai kapan sampai hari kiamat. Hal ini harusnya membuat kita itu takjub dengan Allah, kagum dengan Allah dan semakin tunduk kepada Allah.
Dari satu jiwa itu berkembang luas menjadi berbagai macam jenis manusia. Ada yang beriman, ada yang kafir, ada yang cerdas, ada yang tidak, ada yang baik, ada yang jahat,ada yang kaya, ada yang miskin. Sempurna sekali pengaturan ini.
Di Az-Zumar ayat 6 itu juga dijelaskan tentang bahwasanya manusia itu dulu di dalam rahim, berada dalam tahapan-tahapan. Berada dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan rahim, kegelapan pembungkus ari-ari dan kegelapan perut ibu. Subhanallah, Al-Qur'an menyampaikan ini pada Nabi yang buta huruf pada zaman yang belum ada tekhnologi USG.
Yang tadinya hanya setetes mani yang bau, kemudian menjadi janin yang komplit, yang bergerak, yang bernyawa. Â Jadi bayi yang bisa mendengar dan melihat. Menjadi tubuh sekarang ini dengan susunan tulang yang sempurna, peredaran darah yang sempurna, seperti selang kecil puluhan kilometer panjangnya tapi pernah tersumbat. syaraf-syaraf yang rumit yang andai itu kabel, benang atau selang pasti sudang banyak yang macet dan kusut.
Belum lagi pencernaan yang luar biasa atau juga bekal akal pikiran yang membedakan manusia dengan hewan dan makhluk lainnya. Allah berikan kita ilmu, berikan kita akal yang sehat, memberikan kita naluri, berikan kita hidayah yang membuat kita manusia menjadi pemimpin di bumi ini, subhanallah.
Betapa Allah melindungi dan menyempurnakan kita di dalam perut ibu kita. Siapakah manusia yang bisa membuat robot teknologi yang serumit dan sesempurna manusia? Bayangkan, dari setetes sperma bau yang selnya kita tidak tahu berapa banyak, berapa miliar sel lalu bertemu dengan sel telur wanita, menjadi tubuh kita yang sekarang ini dengan segala macam perangkatnya, lahir dan batinnya.
Apakah manusia tidak mau beriman kepada Allah? bagaimana bisa manusia dipalingkan dari Allah? untuk akhirnya mengejar kehinaan, menyembah, mencintai dengan cinta yang sangat pada selain Allah?
Bagaimana bisa manusia yang dulu hanya setetes mani yang menjijikkan dan hina tiba-tiba sekarang menjadi pembangkang yang nyata. Durhaka pada Tuhannya, tidak bersyukur pada Penciptanya, bahkan menantang dan melupakan P.enciptanya.
Oh ngeri sekali, menyakiti dan durhaka sama ibu yang melahirkan saja jahatnya luar biasa apalagi lupa kepada Pencipta yang sudah menciptakan. Padahal mencipta lebih sulit dari melahirkan. Tidak hanya mencipta lalu selesai, bahkan Dia juga merawat, melindungi dan menjaganya. Allah tidak butuh ketaatan kita, kitalah yang butuh taat padaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H