Misalnya, ini siswa saya yang memiliki kesukaan menonton film selama liburan sekolah. Barangkali kesukaan ini oleh sebagian orang dianggap (sangat) sederhana. Bahkan, kurang bermanfaat.
Tetapi, tatkala hal ini diungkap dan dieksplorasi bersama dalam pembersamaan guru di ruang belajar, bukan mustahil menjadi pengalaman yang menarik dan menyegarkan bagi siswa.
Bahkan, bukan mustahil pula melalui momen ini, siswa, terutama siswa yang dimaksud, dengan bimbingan guru akhirnya tak hanya menyukai menonton film, tetapi memberi ulasan film. Baik secara lisan maupun tulisan. Bukankah ini yang kemudian boleh kita sebut menguatkan life skill siswa, yang notabene anak?
Ini untuk siswa yang memiliki hobi menonton film. Bagaimana dengan siswa yang, misalnya, menyukai permainan bola, memasak, membantu orangtua, dan berjualan?
Tentu hal yang seperti ini lebih kentara lagi saat didialogkan, dieksplorasi, dan diulas bersama dalam bimbingan guru di ruang belajar. Yaitu, hal ini sebagai bentuk penguatan life skill siswa. Dan, sudah pasti juga menjadi sarana untuk memotivasi siswa.
Dalam maksud yang sederhana, life skill adalah keterampilan hidup. Atau, sebuah keterampilan yang dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup. Maka, penting kiranya, aktivitas-aktivitas anak di masa liburan sekolah perlu dimengerti oleh orang dewasa. Termasuk guru.
Sebab, aktivitas-aktivitas seperti ini umumnya bersifat khusus bagi siswa. Sebagai aktivitas yang ditekuninya. Karena, mereka telah menemukan pengalaman yang berharga di dalam aktivitas termaksud.
Dan, ini yang kemudian menjadi life skill mereka, yang sering-sering justru dijumpainya dalam aktivitas sehari-hari di luar sekolah. Termasuk, misalnya, aktivitas yang ditekuninya pada masa liburan sekolah.
Karenanya, mendialogkannya di ruang belajar secara bersama-sama, yaitu antara guru dan siswa --yang di dalamnya guru sangat berperan-- saat masuk sekolah seusai liburan sungguhlah penting.
Sebab, sekali lagi, ikhtiar ini menandakan bahwa guru telah memberi penguatan (langsung) mengenai life skill siswanya. Yang, sudah pasti sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup siswa. Lebih-lebih ketika mereka memasuki realitas kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H