Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mundurnya Gus Miftah, Sebuah Pilihan yang Mengedukasi

10 Desember 2024   01:18 Diperbarui: 10 Desember 2024   01:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lebih populer dengan sebutan Gus Miftah mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan sedang viral. Sikap mundur diakuinya tak ditekan atau diminta oleh pihak mana pun.

Gus Miftah menyadari kesalahannya terkait dengan penjual es teh, Sunhaji. Karenanya, demi cintanya dan rasa hormatnya kepada presiden Prabowo Subianto dan masyarakat Indonesia, begitu katanya, ia mundur dari jabatan yang boleh dibilang mentereng ini.

Dalam pandangan pendidikan sikapnya ini sangat positif. Karena, publik figur, yang juga pejabat publik, seperti Gus Miftah ini, betapa pun, menjadi sorotan masyarakat. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

Itu sebabnya, dalam hal apa pun yang dilakukan olehnya selalu menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Apalagi ada perkataan atau perilaku yang oleh masyarakat dianggap kurang baik. Pasti cepat menjadi berita viral.

Karena publik figur, perkataan atau perilakunya --sekalipun kurang baik-- sangat mungkin dicontoh oleh penggemarnya. Atau, setidak-tidaknya, diterima alias tak ditolak.

Dalam video, terlihat jelas bahwa orang-orang yang duduk di dekatnya ikut larut "menikmati" suasana yang terjadi. Itu menandakan bahwa perkataan atau perbuatan orang yang diidolakan diamini atau dapat menjadi panutan.

Karenanya, saat Gus Miftah mengundurkan diri dari jabatannya oleh karena buah refleksi sebagai tanggung jawab moral dan profesi, perlu mendapat apresiasi. Sebab, tak banyak publik figur, di antaranya pejabat publik, berani melepas jabatannya ketika dirinya tersandung persoalan.

Maka, sikap yang diambil oleh Gus Miftah bolehlah disebut sebagai pilihan yang mengedukasi. Mengedukasi kita semua. Sebab, sekalipun tak bermaksud memberi teladan, tetapi pilihan ini menjadi teladan yang baik.

Bukankah pendidikan yang memiliki efek mujarab terhadap yang dididik adalah keteladanan? Memang keteladanan sebagai strategi yang efektif dalam proses pendidikan telah diakui oleh banyak orang.

Bahkan, telah dilakukan, yang kemudian dibuat semboyan dalam pendidikan, oleh tokoh pendidikan kita, yaitu Ki Hajar Dewantara. Melalui semboyan "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani" terlihat bahwa tuladha atau teladan berada di posisi terdepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun