Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cerita tentang Siswa yang (Pernah) Menjadi Anak Punk

5 Agustus 2024   12:26 Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:34 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Punk (KOMPAS.com/HENDRI SETIAWAN)

Yang, ketika awal masuk sekolah masih serasa anak punk, setelah memiliki pengalaman belajar (di sekolah) serasa anak rumahan. Dalam proses perubahan ini yang sejatinya menjadi tantangan setiap sekolah dan semestinya sekolah dapat melewatinya dengan "cantik".

Kalau sekolah hanya menerima anak-anak rumahan, sudah pasti lebih enak dan nyaman. Karena, tak banyak persoalan. Semua berlangsung aman dan nyaman. Sekolah hanya berada di zona nyaman, tenteram, dan menyenangkan.

Tapi, kondisi ini sebenarnya satu kemiskinan bagi sekolah. Karena, tak ada pengalaman yang seru dan menantang. Misalnya, dalam mendampingi anak yang memiliki pengalaman pergaulan yang keras.

Sekalipun tentu saja setiap sekolah memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Tak selalu siswa yang (pernah) menjadi anak punk. Siswa dalam kondisi persoalan lain juga sebagai sebuah tantangan. Yang, di dalamnya ada pengalaman yang seru dan menantang.

Jika di sekolah Anda ada siswa yang (pernah) menjadi anak punk berarti sama dengan yang ada di sekolah tempat saya mengajar. Cerita yang kita dapatkan bisa jadi sama, jika Anda melakukan seperti yang sudah saya lakukan.

Begini, saat masuk pada masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) hari kedua 2024/2025, tetiba ada anak Kelas VII tak masuk. Saya mendengar informasi dari salah satu teman guru, yang rumahnya dekat dengan rumah anak ini, bahwa ketakmasukan ini karena ia kabur dari rumah.

Ia pergi dari rumah karena --yang juga saya dengar dari informasi teman guru termaksud-- tak nyaman dengan kata-kata kakeknya. Ia dan orangtuanya memang tinggal satu rumah dengan sang kakek.

Sehari sebelumnya, saya memang bertemu dengan orangtuanya di sekolah. Kedatangannya di sekolah karena kami undang. Tujuannya untuk membicarakan tentang anaknya, yang rambutnya dipotong model avatar.

Di dalam bincang-bincang, orangtua siswa kami ini mengungkapkan bahwa betapa sulitnya mendidik si anak. Ia mengatakan si anak sudah bergabung anak punk. Karenanya, ia bersikap keras terhadap si anak.

Diakuinya juga, kakaknya, yang dulu pernah menjadi siswa kami, juga bersikap keras terhadap adiknya yang kini menjadi siswa kami. Maksud orangtua dan kakaknya bersikap keras agar si anak menuruti nasihat orangtua.

Harus dimengerti bahwa maksud ini baik. Karena, agar si anak hidup tertib, disiplin, dan patuh. Tapi, pengalaman masa kini menunjukkan bahwa sikap keras, apalagi sampai kekerasan fisik, tak bakal membawa hasil baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun