Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita tentang Siswa yang (Pernah) Menjadi Anak Punk

5 Agustus 2024   12:26 Diperbarui: 5 Agustus 2024   12:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Anak punk, diambil dari www.beritamagelang.id

Di sekolah tempat saya mengabdi tak semua siswa anak rumahan. Sebab, ada juga siswa tak anak rumahan. Beberapa pernah menjadi anak punk yang kini sudah menjadi anak rumahan.

Ada yang meninggalkan sekolah, yang tentu juga meninggalkan rumah, bergabung ke komunitas anak punk. Baru saja. Dan, ada juga yang mengalami kondisi kurang stabil, saat tertentu bergabung anak punk; saat yang lain menjadi anak rumahan.

Memang jika dibandingkan dengan anak rumahan, yang barangkali sudah merasa aman dan nyaman sebagai siswa, jumlahnya sangat kecil. Tapi, sekalipun sangat kecil, ia adalah anak yang perlu mendapat "dekapan".

Satu siswa kami, yang olehnya (sendiri) dikatakan bahwa dirinya  "ketagihan di rumah" setelah sebelumnya menjadi anak punk, kini rajin sekolah. Saat ini ia Kelas VII. Laki-laki. Rumahnya sangat dekat dengan lokasi sekolah.

Anda pasti sudah dapat menduga. Ia diterima di sekolah dalam jalur zonasi. Tapi, tak masalah. Sebab, bagi sebagian siswa, bahkan juga orangtua, ini adalah rezeki. Karena lokasi rumah dekat dengan lokasi sekolah, mereka pasti diterima.

Jalur ini sempat menjadi keroyokan masyarakat. Sampai(-sampai) pada waktu-waktu yang lalu, banyak yang berani melakukan perubahan data kependudukan.

Untung pihak yang berkepentingan peka terhadap realitas buruk ini. Sehingga, ada kebijakan baru yang lebih membangun suasana edukasi bagi masyarakat.

Dengan begitu, anak-anak yang lokasi tempat tinggalnya dekat dengan lokasi sekolah, siapa pun ia, sama-sama mendapat peluang, yang tak terlalu berat berkompetisi jarak karena semua warga asli bukan titipan.

Dan, sekolah tak dapat berbuat apa pun. Sekolah harus menerimanya. Termasuk, sekalipun ia adalah anak punk. Seperti yang di sekolah kami mengalaminya.

Kondisi ini yang sebenarnya ideal bagi sekolah. Sebab, sudah seharusnya sekolah siap mendampingi semua anak. Siswa, yang termasuk anak punk sekalipun, agar dapat memiliki pengalaman belajar  yang membawanya ke perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun