Sudah menjadi ritual nasional pada setiap Agustus, spirit kebangsaan masyarakat Indonesia menggelegak. Sebab, pada setiap Agustus masyarakat Indonesia selalu merasa bahwa semesta memanggil, mengajaknya mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa.
Mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa sudah dimulai sebelum memasuki Agustus. Yaitu, oleh masyarakat Indonesia yang memenuhi wilayah tanah air Indonesia, dari ujung timur hingga barat; dari ujung utara hingga selatan.
Di daerah saya berdomisili, misalnya, sebelum Agustus sudah dibentuk panitia 17-an Agustus (yang selanjutnya disebut panitia) ditingkat desa, rukun warga (RW), dan rukun tetangga (RT). Di tingkat RT, tepatnya di RT tempat saya menjadi salah satu warganya, panitia dibentuk saat rapat RT, tepatnya pada saat Selapanan RT.
Ya, di RT kami, Selapanan diadakan secara rutin secara gilir berganti, dari satu warga ke warga yang lain. Saat Selapanan pada bulan sebelum Agustus, panitia dibentuk, bertempat di teras rumah salah satu warga.
Sebab, saat Selapanan di wilayah RT saya tinggal, warga yang datang tak selalu dapat tertampung di dalam rumah warga. Saking banyaknya warga RT. Jumlahnya ada sekitar seratus KK.
Kami harus melebar duduk lesehan di atas tikar hingga teras, bahkan halaman rumah. Ini terjadi hampir setiap Selapanan. Dan, ini bagian keguyuban kami. Tradisi yang perlu terus dirawat.
Dalam kondisi seperti ini, di dalam jiwa masyarakat Indonesia sudah tumbuh spirit pahlawan bangsa. Sehingga, dapatlah dibentuk panitia, yang melibatkan beberapa warga RT.
Realitas ini (tentu) dijalankan oleh masyarakat lain di Indonesia, tak terkecuali. Perihal tempat pembentukannya tergantung di daerah masing-masing. Di RT tempat saya berdomisili, seperti sudah disebutkan di atas, panitia dibentuk di teras rumah salah satu warga saat Selapanan.
Mungkin ada juga yang dibentuk di ruang khusus, misalnya, yang dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya. Tapi, mungkin juga ada yang dilakukan di jalan-jalan kampung atau desa dengan menggelar tikar dalam kerukunan yang sudah mentradisi.
Seperti itulah jiwa masyarakat Indonesia dalam mengenang dan merawat spirit pahlawan bangsa. Dalam hal membentuk panitia saja, masyarakat tak memedulikan tempat saat membentuknya. Dapat di mana saja, spirit tak pantang menyerah.