Guru bagian kesiswaan dan pembina OSIS bekerja sama dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam mengurusi atau menangani masalah kesiswaan. Yang, keduanya bersifat saling membantu dan melengkapi dalam mendampingi siswa bermasalah.
Siswa yang sudah "tertandai" memiliki masalah, apa pun, lebih efektif jika segera mendapat perhatian dari guru.
Contoh, pada masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) kali ini, kami menjumpai siswa yang berkecenderungan memiliki masalah.
Yaitu, masalah rambut. Bahkan, sejak siswa baru yang termaksud masih mendaftar, kami sudah mengingatkan agar rambut semirnya dikembalikan ke rupa aslinya. Tapi lacur, saat masuk hari pertama MPLS, rambutnya malah dipotong model avatar sekalipun warna asli sudah kembali.
Itu sebabnya, perihal ini menjadi perhatian penting bagi kami, Â kesiswaan dan pembina OSIS. Perhatian penting tersebut diwujudkan dalam bentuk memanggil orangtua.
Kami berdiskusi dengan orangtua siswa ini. Orangtua termaksud mengatakan problem  anaknya secara jujur. Di antaranya, anak sering tak di rumah. Beberapa kali anak pulang tengah malam. Bahkan, diduga sudah masuk komunitas anak jalanan, atau lebih tepatnya anak punk.
Melalui diskusi ini, kami akhirnya memiliki peluang untuk melibatkan pikiran kami  kedalam pikiran orangtua. Di antaranya, anak betah di rumah membutuhkan lingkungan rumah yang ramah anak. Anak membutuhkan kasih sayang keluarga. Anak membutuhkan perlindungan dan rasa nyaman.
Hal-hal seperti yang disebut di atas ini yang setidak-tidaknya dapat kami sumbangkan kedalam pikiran orangtua. Selain itu, kami juga dapat menyisipkan komitmen layanan sekolah bahwa sekolah berusaha menciptakan lingkungan yang ramah anak.
Sekolah memberi perlindungan dan rasa nyaman terhadap semua siswa. Sekolah menyediakan ruang ekspresi bagi anak agar kebutuhannya terpenuhi. Juga, menciptakan suasana dan keadaan yang mengondisikan anak betah beraktivitas di sekolah.
Ya, sekolah dan keluarga memang tak boleh berbeda dalam memberi lingkungan belajar. Di rumah anak belajar; di sekolah anak juga belajar.
Jika di kedua tempat belajar, anak mendapati lingkungan belajar yang berbeda, yang kurang saling mendukung, apalagi bertolak belakang, maka dapat dipastikan lemahlah pembangunan karakter anak.