Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yuk, Mengedukasi Anak Sejak Mendaftar Sekolah!

24 Juni 2024   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2024   22:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Ilustrasi anak sekolah dasar pulang dari sekolah.(Sumber: Kompasiana/Mustopa)

Mendidik anak di dalam kandungan sudah biasa dilakukan oleh ibu-ibu modern yang berpendidikan. Tetapi, mengedukasi anak sejak mendaftar sekolah belum tentu dilakukan oleh semua orangtua. Sekalipun orangtua mengetahui bahwa hal ini sangat penting.

Kepentingannya adalah mendasari anak untuk menjalani pendidikannya, bahkan kehidupannya, secara benar. Kok bisa? Bisa saja. Sebab, begitu didasari dengan taat aturan alias secara benar, ke depannya anak akan mengikuti.

Kalau selama ini ada orangtua yang mendaftarkan anaknya sekolah tak sesuai aturan yang semestinya, itu salah satu bagian yang harus dikoreksi alias diperbaiki.

Di jalur zonasi, misalnya, yang memungkinkan orangtua memanfaatkan data yang tak semestinya agar anak diterima di sekolah favorit, masih terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.

Ada dampak buruk yang terjadi. Dampak yang paling memprihatinkan adalah adanya ketakadilan dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) di jalur zonasi. Sebab, anak yang asli berdomisili di dekat sekolah dapat saja tergeser oleh anak yang dititipkan di Kartu Keluarga (KK) lain.  

Sehingga, pada tahun pelajaran 2024/2025 ini pendaftaran di jalur zonasi dibuat aturan yang dapat mempersempit atau bahkan menghilangkan celah orangtua mengubah data.

Mengubah data, yang dimaksudkan di sini, misalnya, seperti yang sudah disebutkan di atas, adalah menitipkan anak yang hendak mendaftar sekolah di KK teman atau saudara yang dekat dengan lokasi sekolah pilihan.

Hal ini jelas-jelas tak mendidik anak. Justru sebaliknya, anak seolah "diajari" tindakan buruk oleh orangtua. Menyedihkan bukan?

Karenanya, adanya aturan yang baru di jalur zonasi dalam PPDB pada tahun pelajaran ini, sebagai sebuah pendidikan yang diarahkan juga untuk mengedukasi masyarakat.

Ilustrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diambil dari www.detik.com
Ilustrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diambil dari www.detik.com

Semoga saja masyarakat memahami maksud ini. Sehingga, proses PPDB, lebih-lebih yang jalur zonasi, tak lagi menimbulkan persoalan. Dapat berlaku adil terhadap semua warga yang membutuhkannya.

Tentu saja hal ini diharapkan dapat juga berlangsung baik, adil, sesuai aturan, untuk jalur yang lainnya. Baik jalur prestasi, afirmasi, maupun pindah tugas orangtua.

Ditekankan di bagian ini sebab kita, sebagai orangtua, perlu memberi dasar yang benar kepada anak. Kalau anak mengetahui bahwa dirinya diterima di sebuah sekolah sesuai dengan data yang benar, tentu anak merasa sangat bahagia dan yang lebih daripada itu adalah kepercayaan dirinya terjaga.

Dan, selanjutnya, ia tentu akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Sudah pasti yang demikian ini sangat membantu orangtua dalam mengawalnya selama menjalani proses pembelajaran.

Bahagia, senang, dan percaya diri modal penting bagi anak untuk memasuki pendidikan, yang, diakui atau tidak, menjadi motivasi dari dalam diri.

Dan, motivasi dari dalam diri merupakan motivasi yang menyimpan energi dahsyat. Sebab, umumnya, anak tak bergantung kepada pihak lain dalam menjalani proses pembelajarannya.

Artinya, ia memiliki semangat dalam aktivitas belajar. Tak perlu orangtua, misalnya, menyuruh-nyuruh dulu belajar, anak baru mau belajar.

Tak perlu juga guru menunggu tugas yang diberikan untuk dikumpulkan. Anak secara mandiri bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai siswa.

Tentu sangat berbeda dengan anak yang mendaftar di sekolah dengan data yang tak sebenarnya. Mengetahui diterima pun, anak termaksud pasti tak memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ia tetap minder dan sangat mungkin malah menjadi anak yang tertutup.

Apalagi jika teman atau tetangga yang mengenalnya mengetahui ia diterima, sementara teman atau tetangganya tak diterima padahal kompetensi yang dimiliki relatif sama. Sudah pasti anak yang dimaksud semakin tak nyaman.

Jika seperti ini yang terjadi, kita, orangtua, tak mendidik anak sejak memasuki bangku sekolah. Sebaliknya, sudah "mengotori" mental anak. Atau, dalam bahasa yang lain, kita mendasari pendidikan anak dengan cara yang tak mendidik.

Sebagai orangtua yang baik dan memberi ruang bagi anak untuk memiliki masa depan yang cemerlang, cara demikian harus dijauhi. Melakukan cara yang benar sangat membantu anak untuk menjadi pribadi yang tangguh dan teguh pendirian dalam belajar dan saat memasuki dunia kerja kelak.

Intinya adalah yuk kita niati mendidik anak sejak mereka mendaftar di sekolah! Baik di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, SMP,  maupun SMA/SMK. Dengan cara, mendaftar ke sekolah menaati aturan yang sudah diputuskan oleh pihak yang berwenang.

Dengan begitu, kita bersama sudah turut menciptakan pendidikan yang seutuhnya dan berkelanjutan bagi semua orang, tanpa pandang bulu. Sekaligus sudah memberikan edukasi yang terbaik untuk anak demi masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun