Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Merayakan Penerimaan Rapor Anak, Penting Lho!

23 Juni 2024   18:20 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:45 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerimaan rapor sudah dilakukan oleh sekolah. Umumnya, orangtua yang mengambil. Karena, terhadap orangtua ada saran dari sekolah (baca: guru) mengenai rapor anaknya.

Baik terhadap orangtua yang rapor anaknya sudah sesuai dengan harapan maupun yang belum sesuai dengan harapan.

Yang sudah sesuai dengan harapan, guru umumnya memberi pujian sekaligus menyarankan untuk meningkatkan lagi capaian rapor pada semester berikutnya.

Sementara itu, yang belum sesuai dengan harapan, guru umumnya menyarankan agar orangtua mendorong anaknya lebih giat belajar dan memberi pendampingan.

Sekolah, dalam hal ini guru, menjadi partner orangtua mengawal anak dalam menjalani proses pembelajaran. Artinya, guru dan orangtua bekerja sama untuk memberi ruang dan memfasilitasi anak belajar. Tentu, peran guru berada di sekolah. Sedangkan peran orangtua berada di rumah.

Toh begitu kedua pihak saling mendukung. Itu sebabnya, setiap musim penerimaan rapor, sekolah menghadirkan guru ke sekolah. Intinya, sekolah memberi ruang khusus bagi orangtua untuk bersama-sama membangun persepsi yang tepat dan sama  mengenai anaknya.

Dengan begitu, ditemukan cara yang efektif untuk mengawal anak dalam kelangsungan proses belajarnya. Rerata butuh waktu enam bulan anak belajar, yang diakhiri dengan penerimaan rapor. Dan, dalam enam bulan belajar ini dipastikan anak  sudah berjuang.

Perjuangan anak dalam proses pembelajaran, satu dengan yang lain tentu saja berbeda. Ada yang bersemangat. Tapi, ada juga yang kurang atau bahkan tak bersemangat.

Ini fenomena umum yang dapat dijumpai di tengah-tengah proses pendidikan. Maka, akhirnya, didapatkan (seperti sudah disebutkan di atas) ada rapor anak yang  sudah memenuhi ekspektasi. Tapi, ada juga rapor yang kurang atau belum memenuhi ekspektasi.

Seperti apa pun capaian rapor anak, tak dapat dipungkiri bahwa guru dan orangtua terlibat di dalamnya. Tak dapat dipahami bahwa rapor adalah hasil capaian semata-mata anak. Tak demikian. Guru dan orangtua intervensi dalam capaian rapor termaksud.

Hanya memang, peran guru lebih bersifat formal dan dalam waktu yang (sangat) terbatas. Berbeda dengan peran orangtua, yang bersifat informal, khusus, dan sepanjang waktu yang ada.

Maka, sudah seharusnya penerimaan rapor anak dirayakan bersama. Orangtua memfasilitasi, yang selanjutnya bersama anak merayakannya.

Ilustrasi diambil dari bebeclub.co.id
Ilustrasi diambil dari bebeclub.co.id


Merayakan penerimaan rapor bersama anak menandakan bahwa orangtua menghargai perjuangan anak dalam proses belajar.

Yang, sekaligus juga menghargai diri sendiri, sebagai orangtua yang selalu ada bersama anak dalam berjuang di  medan pendidikan. Maka, yang dilihat oleh orangtua semestinya bukan perihal capaian rapor anak sudah atau belum memenuhi  harapan.

Tapi, lebih melihat ke proses perjuangan anak selama enam bulan, yang diakhiri dengan memanen rapor pada musim penerimaan rapor.

Artinya, entah capaian rapor termaksud sudah memenuhi harapan atau belum memenuhi harapan, tetap dirayakan bersama dengan rasa kegembiraan.

Jika ternyata ada orangtua yang begitu melihat capaian rapor anak belum sesuai harapan, lalu sedih. Atau, bahkan marah yang diarahkan kepada anak, maka dapat dipastikan orangtua ini belum dapat menyadari (dengan sesadar-sadarnya) bahwa keberadaan dirinya sendiri bagian dari anak yang berjuang dalam proses pembelajaran.

Dan, ini yang lebih memprihatinkan, orangtua yang demikian belum mengerti bahwa tindakannya ini ditimpakan juga untuk dirinya sendiri. Yang artinya, tindakan marah yang ditujukan kepada anak sebetulnya juga ditujukan kepada dirinya sendiri. Marah terhadap anak berarti marah terhadap dirinya sendiri.

Kalau ini yang terjadi, maka sebuah kerugian sudah nyata. Sebab, sudah pasti anak akan menjadi terpuruk dan kehilangan kepercayaan diri. Sementara itu, orangtua sudah masuk ke zona tak menghargai keberadaan anak.

Ini yang tak boleh terjadi pada setiap orangtua, yang saat ini sudah menerima rapor anak dari sekolah.

Sebab, jika tindakan ini dibiarkan terjadi, ke depan anak tak akan memiliki kemampuan untuk membangun dirinya lebih baik. Anak akan memarahi dirinya sendiri, bahkan merasa benci terhadap dirinya sendiri. Dan, Anda mengetahui akibat selanjutnya. Menyedihkan!

Oleh karena itu, orangtua dan anak merayakan bersama atas penerimaan rapor sangat dianjurkan. Seperti apa pun capaian rapor anak, tak lebih penting ketimbang membangun kepribadian anak agar ke depan semakin lebih percaya diri.

Jadi, merayakan penerimaan rapor anak sebetulnya dalam rangka menghargai perjuangan anak dalam proses belajarnya dan sekaligus membuka ruang bagi anak agar tumbuh kembang lebih kreatif dan inovatif di masa mendatang.

Anak yang memiliki rapor sudah sesuai atau bahkan melebihi harapan dipastikan tetap mempertahankan, bahkan bukan mustahil lebih terpacu untuk meraih lebih baik lagi.

Sedangkan, anak yang memiliki rapor kurang atau belum sesuai dengan ekspektasi tak menjadi minder, takut, atau malu, tapi dipastikan ia memiliki semangat untuk berubah.

Sebab, orangtua dengan sadar memberi ruang bagi anak untuk dapat tumbuh kembang. Orangtua menghargai capaian rapor anak, tak menafikan perjuangan anak.

Angka-angka dalam rapor tak menjadi ukuran. Yang, menjadi ukuran adalah emosi dan spiritualitas anak. Artinya, sekalipun capaian rapor kurang atau belum memenuhi harapan, tapi spirit untuk tumbuh kembang ada, kondisi seperti ini yang dibutuhkan.

Tak hanya dibutuhkan dalam berjuang di medan belajar, tapi spirit demikian dibutuhkan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Sebab, sukses tidaknya anak di masa depan, bukan ditentukan oleh angka-angka dalam rapor, melainkan ditentukan oleh spirit hidupnya.

Maka, merayakan penerimaan rapor anak atas perjuangan yang telah ditempuh anak pada setiap musim penerimaan rapor --dengan mengabaikan capaian rapor-- merupakan keniscayaan.

Ingat, merayakan penerimaan rapor anak tak harus dalam bentuk pesta makan-minum yang lebih dari makan-minum pada hari-hari biasanya. Tak harus demikian.

Cukup dengan makan-minum seperti makan-minum pada hari-hari biasanya, yang di dalamnya dikemas sebagai rasa kegembiraan dan kebersyukuran telah menerima rapor anak, sudah pasti memberi kesan positif bagi anak.

Apalagi jika dapat dilaksanakan dengan makan-minum yang berbeda dengan makan-minum pada hari-hari biasanya, tentu ini akan memberikan kesan yang lebih mendalam. Bukan mustahil cara ini akan melejitkan spirit anak secara ajaib.

Dan, yang lebih daripada itu adalah, anak tak akan merasa cemas dan khawatir setiap tiba musim penerimaan rapor. Sebaliknya, anak akan merasa bahagia dan gembira menyambutnya.

Sebab, perjuangannya dalam belajar sangat dihargai oleh orangtua dan keluarga. Siapa sudah melakukannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun