Semoga saja yang dilakukan oleh sahabat kami ini tak keliru. Artinya, tindakannya dapat diterima oleh semua pihak. Karena, betapa pun ada sisi positif yang, diakui atau tidak, dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Setidak-tidaknya dalam konteks ini dapat ditandai bahwa persahabatan dengan latar belakang yang berbeda tetap rapi terjaga. Bahkan, dalam momen khusus, seperti pada Idul Adha ini, kami merasa sangat diperhatikan oleh sahabat yang merayakannya sekalipun kami tak merayakannya.
Jadi, karena sahabat kami begitu memperhatikan kami, seolah-olah kami juga ikut merayakannya. Karena, kami akhirnya seperti dirinya, juga seperti tetangga-tetangga kami yang merayakannya, yaitu sama-sama dapat menikmati daging kurban.
Tentu yang penting bukan perihal sama-sama dapat menikmati daging kurban. Bukan. Sebab, yang terpenting justru semakin eratnya pertalian persahabatan. Yang, ternyata dapat juga dibangun melalui momen-momen khusus seperti pada Idul Adha ini.
Perihal sama-sama dapat menikmati daging kurban karena dapat kiriman (dari sahabat) hanyalah sebagai efek persahabatan yang sudah lama terbangun. Tapi, sekaligus, seperti sudah disebutkan di atas, juga dapat semakin membuat erat persahabatan.
Pemaknaan Idul Adha yang dipilih rekan kami ini menandai bahwa ia memandang kami sama dengan dirinya dan orang-orang yang satu keyakinan dengannya meskipun kami berbeda.
Hal yang berkaitan dengan keyakinan, yaitu Idul Adha, ternyata olehnya dapat dibawa ke ranah sosial yang semakin mengeratkan persahabatan.
Yang, mungkin oleh sebagian orang, pilihan ini dianggapnya keliru. Tapi, agaknya ia memiliki pemahaman bahwa membangun relasi sosial dengan sahabat sekalipun berbeda agama dapat juga dilakukan pada momen-momen yang berkaitan dengan aktivitas keberagamaan.
Ia memandang bahwa Idul Adha atau Hari Kurban bukan menjadi pembatas orang membangun relasi sosial bermasyarakat. Sebaliknya, justru dapat menjadi sarana membangun relasi sosial itu semakin intim, yang tak melukai keyakinannya.
Akhirnya, saya melihatnya bahwa sikap ini menempatkan hidup lebih bermakna. Sebab, relasi dengan Sang Khalik dalam dimensi agama dan keyakinan berjalan seimbang dengan relasi dengan sesama dalam dimensi sosial kemasyarakatan.
Dan, oleh sikap ini, kami akhirnya dapat turut mensyukuri nikmat Idul Adha melalui daging kurban yang dikirimkan kepada kami.