Di sekolah tempat saya mengajar, ada delapan kelas yang Kelas VIII, yang sama persis dengan yang Kelas VII dan Kelas IX. Jadi, calon ketua OSIS berjumlah 16 anak. Dari 16 anak hanya ditentukan sepuluh anak yang dapat masuk ke tahap berikutnya.
Perubahan dari 16 menjadi sepuluh anak dilakukan melalui seleksi tertulis yang dikoordinasi oleh pengurus OSIS periode berjalan yang dibersamai oleh fasilitator.
Di dalam bagian ini, siswa yang diseleksi dan siswa kelas yang mengirim calon ketua OSIS (yaitu siswa yang diseleksi), juga belajar berdemokrasi. Maka, pihak yang terpilih atau tak terpilih untuk masuk tahap berikutnya adalah proses berdemokrasi.
Demikian juga setiap siswa kelas yang mengirimkan calon ketua OSIS, baik yang calonnya masuk atau tak (masuk) di tahap berikutnya terlibat dalam proses berdemokrasi.
Di sekolah tempat saya mengabdi, misalnya, puncak demokrasi adalah ketika diadakan pemilihan ketua OSIS setelah ada calon terpilih yang ditentukan melalui wawancara dan debat gagasan yang dikoordinasi oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan dan Pembina OSIS.
Pada tahap ini melibatkan semua siswa, baik siswa Kelas VII, Kelas VIII, maupun Kelas IX untuk menggunakan hak pilihnya. Karenanya, pelaksanaannya dilakukan persis seperti pemilu untuk calon legislatif (caleg) dan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres), yang saat ini sedang berlangsung di negera kita.
Sebelumnya, para calon terpilih diberi kesempatan untuk berkampanye. Baik berkampanye di lapangan di hadapan para guru dan tenaga kependidikan (GTK) dan semua siswa maupun berkampanye di ruang-ruang kelas. Dalam berkampanye, semua calon terpilih dibersamai oleh tim suksesnya masing-masing.
Panitia pemungutan suara (PPS) menyiapkan semua yang dibutuhkan, termasuk perangkat pemungutan suara. Misalnya, kartu suara, kotak suara, bilik suara, dan yang lain. Kotak dan bilik suara dibuat dari kardus oleh siswa. Desain kartu suara, siswa terlibat dalam pembuatannya.
Di dalam proses semua itu, yang diharapkan tentu saja siswa sejak dini sudah mengerti orang berdemokrasi. Ada yang dapat dipilih, ada yang belum dapat dipilih. Ada yang memilih, ada yang dipilih. Bahkan, ada memperoleh banyak suara, ada yang sebaliknya.
Siswa memahami juga bahwa sebuah harapan perlu diperjuangkan. Misalnya, calon terpilih harus menyampaikan visi dan misi di hadapan semua siswa dan GTK. Mereka juga harus berpindah dari satu kelas ke kelas yang lain untuk mengampanyekan programnya.