Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Susahnya Menemukan Ahli Kunci Panggilan

27 Januari 2024   21:01 Diperbarui: 27 Januari 2024   21:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kios abdi (ahli) kunci yang dapat menerima panggilan. (Dokumentasi pribadi)

Motor yang saya kendarai harus istirahat dulu. Sebab, kunci hilang. Saat saya mencari  cadangannya di rumah karena saya masih ingat saya pernah menyimpannya, tak  menemukannya. Lebih repot lagi karena leher motor saya kunci.

Akhirnya, mau tak mau, dini hari itu motor saya tinggal. Untung di sekolah. Coba kalau dalam kasus yang sama terjadi di tempat lain, tentu semakin repot. Harus mencari mobil bak terbuka untuk mengangkatnya ke rumah.

Mengunci leher motor saat memarkirnya dalam waktu yang agak lama, sekalipun di lingkungan yang relatif aman, sebagai hal yang wajar. Untuk keamanan, memang perlu tindakan itu.

Tetapi, tentu tak menguntungkan kalau seperti kasus yang saya alami. Hilangnya kunci dan tak ditemukannya kunci cadangan memaksa saya harus mencari ahli kunci. Motor tak dapat dikendarai tanpa peran ahli kunci.

Itu sebabnya, esok harinya saya ditemani istri menuju ke ahli kunci di salah satu ruko. Tapi sayang, ia hanya menangani kunci mobil. Saya tak mengenalnya. Tapi, saya pernah mengetahuinya, sudah sangat lama, bahwa ia ahli kunci motor.

Karena, entah saya lupa tahun berapa, saya pernah menggunakan jasanya untuk membuatkan kunci duplikat motor, vespa. Waktu itu, ia masih menempati sebuah area di tepi jalan.

Posisinya mudah dilihat orang. Sehingga, saat ada orang yang membutuhkan keahliannya, tak sulit-sulit mencarinya dan menujunya. Ini tentu bagian dari strategi pemasaran. Mencari konsumen harus berada di tempat terbuka dan banyak dilewati orang.

Itu persis ahli kunci yang saya datangi kedua. Ia berada di tempat yang mudah dilihat banyak orang. Posisinya persis di sebelah barat Alun-alun Simpang Tujuh, Kudus, Jawa Tengah. Di pusat Kota Kudus.

Tempat itu memang strategis. Orang dari arah barat dan timur dapat melihat. Di tempat ini, dulu saya juga pernah menduplikatkan kunci motor. Entah kapan saya lupa juga waktu persisnya.

Sayang, saat saya menjelaskan maksud saya, ia tak sanggup. Karena, dapat saja ia tak ahli kunci panggilan. Maksudnya, ia ahli kunci yang melayani konsumen di tempat saja. Konsumen mendatanginya. Seperti yang dulu saya pernah melakukannya.

Ini gagal yang kedua. Tapi, hari itu motor harus dapat diatasi. Motor harus dapat dikendarai. Tak mungkin menginap di sekolah beberapa hari.

Karenanya, saya, masih ditemani istri, mencari cara yang saya duga bisa mengatasinya. Saya ke bengkel motor langganan. Siapa tahu mas bengkel dapat mengatasinya.

Kebetulan lokasi bengkel dekat dengan lokasi sekolah. Jadi, pikir saya, mas bengkel tak kesulitan. Toh waktunya masih cukup. Bengkel belum segera tutup sebab masih siang. Belum pukul 16.40 WIB, waktu tutup bengkel.

Tapi sayang, mas bengkel tak dapat. Sebab, berkaitan dengan leher motor terkunci, mas bengkel tak memiliki keahlian. Itu bagiannya ahli kunci. Hanya ahli kunci yang bisa mengatasi.

Ini menyadarkan saya bahwa orang memiliki bagian sendiri-sendiri. Orang tak selalu bisa menguasai semua bidang keahlian. Sekalipun mungkin ada.

Tapi, bisa-bisa seribu satu. Artinya, setiap ada seribu orang, hanya ada satu orang yang ahli di semua bidang. Ini hanya asumsi. Jadi, jangan Anda percayai!

Yang pasti, saya mengalami kegagalan tiga kali hari itu. Pertama, di ahli kunci di ruko. Kedua, di ahli kunci  dekat pusat pemerintahan Kabupaten Kudus. Dan ketiga, di bengkel motor yang dekat lokasi sekolah, langganan saya.

Toh begitu, istri saya masih setia menemani. Tak terlihat bosan. Pun tak terlihat muram raut mukanya. Tetap nyaman dipandang. Sehingga, semangat dalam diri masih ada.

Coba kalau yang terjadi sebaliknya. Istri bermuram durja, tentu suasana menjadi gawat. Jika tak hati-hati, tentu saya dapat hanyut di dalamnya, turut bermuram durja. Efeknya, dapat saja gagal "berjuang" pada hari itu.

Rencana Tuhan selalu baik bagi umat-Nya, termasuk bagi kami. Mas bengkel memberi rekomendasi. Ada ahli kunci yang mau dipanggil. Lokasi tempat buka praktiknya pun, ternyata, tak jauh dari lokasi sekolah.

Ini pas. Jadi, sekalipun hari itu gagal tiga kali, saya masih merasa lega. Karena dalam sekejap (saja) saya dapat mengetahui tempat buka praktik ahli kunci panggilan, sekalipun menunggu sebentar.

Komunikasi terjadi. Maksud saya tersampaikan dan sang ahli kunci panggilan menyanggupi. Deal! Kami meluncur ke sekolah, ke lokasi motor saya berada, setelah saya memastikan waktu sang ahli kunci panggilan siap ke alamat yang saya tunjukkan.

Ia tiba di lokasi motor, tak lebih sepuluh menit. Motor ditangani tak lebih sepuluh menit juga. Sudah selesai. Cepat sekali. Tak sebanding dengan lamanya saya ke sana ke sini mencari ahli kunci. Ini yang namanya profesional. Tak pakai lama!

Akhirnya, saya berhasil mengendarai motor ke rumah,  beriringan dengan istri, yang sejak awal membersamai saya berburu ahli kunci. Sesampai di rumah, motor dapat memasuki  tempatnya yang sudah ditinggal beberapa jam terakhir ini.

Epilog

Dalam pengalaman itu, saya mencoba merenung-renung. Ternyata ahli kunci panggilan sangat langka di daerah saya. Saya tak memiliki informasi tentang sedikit-banyaknya ahli kunci panggilan di daerah lain. Lebih banyak atau sedikit ketimbang di daerah saya. Saya tak tahu.

Kalau lebih banyak ketimbang di daerah saya berarti masyarakat di daerah saya belum dapat melihat (secara benar) bahwa ahli kunci panggilan  merupakan peluang usaha.

Sementara itu, kalau lebih sedikit berarti banyak orang di banyak tempat yang belum dapat melihat bahwa ahli kunci panggilan merupakan peluang usaha.

Atau (malah) mungkin dianggap tak menguntungkan. Kalau anggapan ini benar tentu ahli kunci panggilan di daerah saya sudah menutup usahanya. Tapi, faktanya, hingga kini masih buka dan terlihat menjadi lebih "hidup".

Karena, di  dinding kiosnya ada tulisan "Abdi Kunci Terima Panggilan". Ya, abdi kunci, bukan ahli kunci. Ini unik dan "menjual" banget. Tapi, kenyataannya, abdi kunci  tersebut tetap memberi layanan di kiosnya. Konsumen yang datang  di kios, dilayani.

Jadi, sang abdi kunci memerankan dua fungsi layanan. Yaitu, layanan panggilan dan layanan di tempat. Padahal, hanya sendirian.

Karenanya, saat ia memenuhi panggilan konsumen, kios ditinggal, jadi kosong --tanpa ada orang. Toh begitu, pernah saya mengetahuinya, kios masih buka.

Ternyata, pemilik toko yang berada di samping kios, entah masih ada pertalian keluarga atau tidak, itu sepertinya ikut menjaga.

Jadinya kios tetap aman dan saat ada konsumen yang datang, seperti yang kami mengalaminya,  tetap terlayani, meskipun hanya sekadar  diminta menunggu (sebentar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun