Ini gagal yang kedua. Tapi, hari itu motor harus dapat diatasi. Motor harus dapat dikendarai. Tak mungkin menginap di sekolah beberapa hari.
Karenanya, saya, masih ditemani istri, mencari cara yang saya duga bisa mengatasinya. Saya ke bengkel motor langganan. Siapa tahu mas bengkel dapat mengatasinya.
Kebetulan lokasi bengkel dekat dengan lokasi sekolah. Jadi, pikir saya, mas bengkel tak kesulitan. Toh waktunya masih cukup. Bengkel belum segera tutup sebab masih siang. Belum pukul 16.40 WIB, waktu tutup bengkel.
Tapi sayang, mas bengkel tak dapat. Sebab, berkaitan dengan leher motor terkunci, mas bengkel tak memiliki keahlian. Itu bagiannya ahli kunci. Hanya ahli kunci yang bisa mengatasi.
Ini menyadarkan saya bahwa orang memiliki bagian sendiri-sendiri. Orang tak selalu bisa menguasai semua bidang keahlian. Sekalipun mungkin ada.
Tapi, bisa-bisa seribu satu. Artinya, setiap ada seribu orang, hanya ada satu orang yang ahli di semua bidang. Ini hanya asumsi. Jadi, jangan Anda percayai!
Yang pasti, saya mengalami kegagalan tiga kali hari itu. Pertama, di ahli kunci di ruko. Kedua, di ahli kunci  dekat pusat pemerintahan Kabupaten Kudus. Dan ketiga, di bengkel motor yang dekat lokasi sekolah, langganan saya.
Toh begitu, istri saya masih setia menemani. Tak terlihat bosan. Pun tak terlihat muram raut mukanya. Tetap nyaman dipandang. Sehingga, semangat dalam diri masih ada.
Coba kalau yang terjadi sebaliknya. Istri bermuram durja, tentu suasana menjadi gawat. Jika tak hati-hati, tentu saya dapat hanyut di dalamnya, turut bermuram durja. Efeknya, dapat saja gagal "berjuang" pada hari itu.
Rencana Tuhan selalu baik bagi umat-Nya, termasuk bagi kami. Mas bengkel memberi rekomendasi. Ada ahli kunci yang mau dipanggil. Lokasi tempat buka praktiknya pun, ternyata, tak jauh dari lokasi sekolah.
Ini pas. Jadi, sekalipun hari itu gagal tiga kali, saya masih merasa lega. Karena dalam sekejap (saja) saya dapat mengetahui tempat buka praktik ahli kunci panggilan, sekalipun menunggu sebentar.