Tapi, yang namanya anak, pada saat tertentu, entah sadar entah tidak, tiba-tiba masuk ke ruang kelas dan menikmati makanannya di sana. Padahal, sekolah tak mengizinkan cara ini.
[Sudah ada tata tertib mengenai siswa tak boleh makan di dalam ruang kelas. Baik makanan (bekal) dari rumah maupun makanan membeli di kantin sekolah]
Sedihnya, bungkus makanan dan gelas atau botol air mineral kosong tersorong ke dalam laci meja. Dan, oleh karena waktu berikutnya mereka sibuk dengan aktivitas belajar, saat pulang, lupa mengeluarkannya untuk  membuangnya ke bak sampah.
Sehingga, laci meja seolah menjadi tempat sampah. Siswa yang menempati meja pada hari berikutnya tak menyadari bahwa meja yang baru ditempatinya, di dalam lacinya berisi sampah.
Laci meja siswa  pada masa sekarang memang jarang dimanfaatkan untuk menaruh peralatan sekolah. Semua peralatan sekolah disimpan di tas. Dan, tas tak muat dimasukkan ke dalam laci meja.
Selama ini tas siswa diletakkan di kursi. Ada yang ditaruh di bagian  untuk duduk. Jadi sebagian untuk duduk dan sebagian untuk tempat tas. Tas diletakkan di bagian belakang, yang langsung bersentuhan dengan punggung.
Ada juga yang ditaruh di bagian untuk bersandar, dengan cara tas digantungkan. Cara yang ini tentu lebih menyediakan tempat yang longgar untuk duduk.
Masing-masing siswa memiliki pilihan. Ada siswa yang memilih meletakkan tas di bagian untuk duduk. Ada siswa yang memilih meletakkannya di bagian untuk bersandar.
Tak ada siswa yang memilih meletakkan tas sekolahnya di dalam laci meja. Toh memang  laci meja tak bakal muat untuk menyimpan tas berisi buku.
Kita semua tahu bahwa tas siswa, kini, terlihat gembul. Karena banyak buku yang dimasukkan ke dalamnya pada hari anak pergi bersekolah.
Bahkan, karena isi tas begitu banyak, tak sedikit tas yang baru seumur jagung sudah jebol. Tak hanya badan tas yang jebol, tapi tali tas pun ada yang putus. Kenyataan seperti itu bukan lagi sebuah temuan, tapi fenomena yang lumrah.