Persekutuan doa juga dilakukan setiap hari bagi murid yang beragama Katolik dan Kristen dengan waktu menyesuaikan acara tadarusan.
Sementara itu, pesantren kilat dilakukan secara bergantian. Artinya, pada hari tertentu, pesantren kilat dilakukan oleh kelas tertentu. Kelas yang lain mengikuti pembelajaran. Begitu pola yang sama dilakukan di kelas yang lain pada hari berikutnya.
Terkait berbagi takjil kepada masyarakat umum dengan lokasi di depan sekolah dilakukan oleh semua murid secara rombongan.
Artinya, takjil yang dibagikan merupakan hasil patungan dari seluruh murid dalam kelas. Waktu berbagi takjil bergantian sesuai dengan jadwal. Dan, semua kelas terjadwal.
Ibadah puasa sudah barang tentu menjadi kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga masing-masing. Karenanya, tentang yang satu ini sekolah tidak mengoordinasikan.
Ibadah ini berlangsung seperti biasanya. Semua murid mengikuti (tentu) kecuali mereka yang sedang berhalangan. Pun saya akhirnya mengetahui bahwa murid yang sedang berhalangan (murid putri) ternyata tidak (boleh) mengikuti tadarusan.
Nah, dari keempat aktivitas rohani tersebut sebagian besar mengarah kepada peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
Tetapi, melalui berbagi takjil sudah sangat jelas sebagai aktivitas yang dapat meningkatkan kecerdasan sosial murid, kecuali meningkatkan iman dan takwa.
Aktivitas ini melibatkan semua murid, baik yang muslim maupun non-muslim. Adanya keterlibatan murid yang tidak membedakan agama ini mempraktikkan relasi antarsesama yang layak ditumbuhkembangkan.
Pun demikian takjil yang berasal dari patungan murid-murid, sejatinya melatih mereka  membangun relasi dengan sesama. Bahwa akan terasa berat jika ditanggung sendiri, tetapi terasa ringan kalau ditanggung bersama.
Memang harus disadari bahwa pengumpulan dan pembagian takjil yang tidak terus-menerus, karena hanya berlangsung pada Ramadan, ini terasa kurang  berefek.