Untuk menulis tema ini, saya sengaja ngomong-ngomong dengan istri mengenai  masa kecil kami. Empat tahun selisih usia kami. Saya lebih tua.
Maka, saya dan istri yang masih kecil-kecil waktu itu, yang berada di satu wilayah kecamatan, tetapi beda desa, relatif menghadapi fenomena yang sama ketika memasuki  bulan Ramadan.
Ada efek yang kami alami dalam hidup sehari-hari. Setidaknya mengenai aktivitas harian di rumah ketika menjelang Ramadan.
Hanya, karena menurut saya lebih menarik pengalaman masa kecil istri daripada saya, maka saya menuliskan lebih banyak kenangan masa kecil istri saya ketika menjelang dan memasuki Ramadan.
Kala itu, anak-anak, baik laki-laki maupun wanita, memiliki kebiasaan mencari kayu bakar di ladang. Sebab, ibu kami sudah biasa memasak menggunakan kayu bakar.
Ya memang seperti itu. Seperti juga ibu saya. Sebab, sementara kompor belum ada, alam menyediakan banyak kayu bakar yang bisa dengan leluasa dimanfaatkan.
Anda yang seusia kami dan hidup seperti kami di desa, mungkin mengalami kejadian yang  setiap kali memasak, dapur penuh dengan asap. Itu pemandangan sehari-hari yang bisa dinikmati.
Saya membayangkan jika ketika itu sengaja dilihat dari puncak tertentu pada waktu ibu kami memasak --biasanya pada pagi hari-- akan terlihat keelokan di atas setiap rumah, asap yang mengepul membubung tinggi.
Dulu hal itu belum menjadi masalah. Kini sudah menjadi masalah. Karena disadari bisa merusak zat ozon. Maka, kini menjadi larangan bagi pihak-pihak yang beraktivitas, misalnya, hanya sekadar membakar sampah.
Karena dulu belum ada larangan seperti itu, maka kayu bakar sepertinya menjadi satu-satunya bahan bakar, termasuk yang terpopuler, untuk memasak.