Orangtua sudah menyerahkan tanggung jawab seutuhnya mengenai anaknya kepada guru. Sekitar enam jam anak ada di sekolah. Sepanjang waktu itu guru (baca: sekolah) yang bertanggung jawab. Guru yang memfasilitasi anak untuk belajar.
Maka, sudah seharusnya guru dapat memfasilitasi semua anak (baca: siswa) bersemangat belajar. Semua terlibat dalam aktivitas belajar dengan suka cita. Tidak ada satu pun siswa yang ogah belajar. Ini tugas guru di sekolah.
Ogah atau enggan belajar dalam diri siswa dengan demikian menjadi tugas terpenting bagi guru. Guru harus mencari solusinya. Sehingga, tidak berlarut-larut mengganggu tumbuh kembang siswa.
Persiapan administrasi guru yang terbaik belum tentu dapat menyelesaikan problem siswa malas belajar. Pun demikian model pembelajaran termutakhir belum tentu menggugah semangat belajar siswa.
Bahkan, sering-sering guru yang terlalu fokus terhadap persiapan tersebut melupakan kondisi sebenarnya siswa yang malas belajar.
Karena mungkin guru (sudah) menganggap siswa tersebut sama dengan siswa yang lain. Ia dianggap sudah siap mengikuti pembelajaran seperti halnya siswa yang lain. Sehingga, guru langsung saja melakukan pembelajaran dengan model pembelajarannya yang termutakhir.
Padahal, siswa yang malas belajar lebih banyak dilatarbelakangi oleh persoalan psikologis. Ini tidak cukup hanya diselesaikan dengan menyiapkan perangkat dan persiapan guru yang baik. Persiapan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis anak.
Memang tidak salah guru mempersiapkan perangkat yang terbaik dan persiapan guru dengan berbagai strategi dan model pembelajaran yang sesuai dengan konteks anak.
Hal tersebut memang harus bagi guru, bahkan sebagai tugas pokok. Tetapi, hal yang jauh lebih penting adalah menyiapkan mental anak untuk memasuki pembelajaran.
Barangkali jumlah siswa yang memiliki persoalan malas belajar tidak banyak. Di dalam satu kelas mungkin ada satu hingga tiga-empat anak dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas normal.
Tetapi, bukankah yang jumlahnya sedikit itu tidak penting untuk diperjuangkan? Sebab, memperjuangkan mereka benar-benar dapat siap belajar besar nilainya.