Bahasa dalam reklame yang membuat pembaca merenung, tersenyum, berkomentar, dan tertawa menandakan bahwa bahasa tersebut dilogika dan dirasa-rasakan. Jelasnya, di dalam logika dan emosi pembaca berlangsung aktivitas berbahasa.
Dalam proses tersebut, disadari atau tidak, pembaca sedang menggumuli bahasa. Karena, bahasa reklame sangat beragam. Ada bahasa reklame yang mudah dipahami; ada yang sulit dipahami.
Bahasa reklame yang maksudnya  mudah dipahami dapat disebut sebagai bahasa bermakna denotatif. Sedangkan, bahasa reklame yang maksudnya sulit dipahami disebut  sebagai bahasa bermakna konotatif.
Terhadap bahasa reklame yang bermakna denotatif, pembaca tidak kesulitan memahami maksud reklame itu. Pembaca langsung mengerti maksud yang dikehendaki oleh pengiklan.
Akan tetapi, terhadap bahasa reklame yang bermakna konotatif, pembaca perlu merenungkan dan menafsirkan maksud reklame tersebut. Sehingga sangat mungkin dalam merenungkan dan menafsirkan maksud bahasa reklame ada pembaca yang memerlukan waktu sangat cepat, cepat, atau lama.
Hal itu tergantung kemampuan berbahasa pembaca. Pembaca yang terampil berbahasa tentu lebih cepat memaknai bahasa dalam reklame itu daripada pembaca yang kurang terampil berbahasa.
Sejatinya gambar di dalam reklame juga dapat  membantu pembaca memaknai bahasa dalam reklame. Saya pernah kesulitan memahami maksud bahasa dalam sebuah reklame. Tetapi, ketika saya menghubungkannya dengan gambar yang ada di reklame itu, saya mulai memahami maksudnya, sekalipun belum tentu benar.
Biasanya bahasa reklame yang jenis ini (seperti yang saya jumpai) diksi-diksinya sangat puitis. Berbeda dengan reklame yang menggunakan bahasa lugas, diksi-diksinya mudah dimengerti. Jadi, ada bahasa reklame yang puitis; ada bahasa reklame yang lugas.
Selalu ada yang baru
Sejauh pengetahuan saya, reklame produk tertentu tidak selamanya dipajang. Dalam rentang waktu tertentu, reklame tersebut diturunkan dari pemajang. Tetapi, selanjutnya diganti dengan reklame  yang baru dengan produk yang sama. Jadi, yang baru adalah bahasa dan gambarnya, sementara produknya tetap.
Hal itu merupakan salah satu strategi pemasaran produk. Dengan bahasa dan gambar yang baru, masyarakat memiliki ketertarikan lagi. Sebab, sesuatu yang baru  sering-sering menimbulkan rasa penasaran.