Beberapa hari yang lalu, saya melayat ke rumah  salah seorang teman karena ibunya meninggal. Meninggalnya dalam usia sudah sangat tua. Hampir seratus tahun. Pada waktu itu saya melihat ada aktivitas pemotretan di area pelayat berada.
Pemotretnya bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk mengabadikan pelayat. Saya dalam himpunan pelayat yang lain termasuk yang dipotret.
Sebetulnya, saya sering melihat aktivitas seperti itu. Tentu saja di beberapa kesempatan saat melayat. Tetapi, ada juga pada kesempatan serupa di tempat lain tidak ada pemotretan.
Memang begitu kenyataannya. Ada keluarga yang mendokumentasikan kematian anggota keluarga; ada juga yang tidak. Ada tidaknya tergantung keluarga.
Mungkin ada keluarga yang menganggap penting mendokumentasikannya. Tatapi, ada juga keluarga yang menganggap mendokumentasikan hal tersebut kurang penting.
Selain itu, tergantung juga pada tingkat kemampuan keluarga. Keluarga mampu bisa melakukannya, tetapi keluarga yang kurang mampu tentu saja tidak melakukannya. Toh begitu, tidak semua keluarga mampu  melakukannya.
Saat pemotretan
Pemotretan dilakukan saat jenazah masih di rumah. Misalnya, saat ibadah pemberangkatan jenazah, yang dihadiri banyak pelayat (umat).
Pemotret memotret sesuai dengan kebutuhannya. Kamera  diarahkan ke sasaran tertentu yang dipandang baik untuk dipotret. Berpindah dari satu sudut ke sudut yang lain.
Pemotretan tidak hanya dilakukan ketika ibadah pemberangkatan jenazah. Ketika pelayat memberi penghormatan terakhir kepada jenazah pun ada pemotretan.