Dan, biasanya antara penata rias pengantin dan pemotret menjadi satu paket. Keduanya ada bersama-sama. Ada rias, ada pemotretan.
Jadi, pemotretan boleh disebut sebagai unsur utama dalam acara pernikahan. Apalagi jika dikaitkan dengan ungkapan pertanyaan ini: untuk apa merias  kalau tidak untuk dipotret?
Itu yang membedakan pemotretan di dalam acara pernikahan dan kematian. Pemotretan dalam pernikahan (seakan) wajib adanya. Sedangkan, pemotretan dalam kematian  mana suka adanya. Sekarang, tidak cukup dengan pemotretan, acara pernikahan bahkan dilengkapi juga dengan penyotingan.
Jadi, acara pernikahan di desa atau di kota; dalam keluarga mampu atau kurang mampu; pada musim hujan atau kemarau; berbeda adat atau sama; berbeda agama atau sama, semua membutuhkan jasa pemotretan dan/atau penyotingan.
Hal tersebut setali tiga uang dengan acara ulang tahun. Baik ulang tahun anak-anak, pemuda, maupun dewasa, bahkan usia lanjut, pemotretan dan/atau penyotingan boleh dibilang selalu dilakukan. Sepertinya wajib ada.
Investasi kekerabatan dan refleksi
Hasil pemotretan dan/atau penyotingan acara pernikahan dan ulang tahun lebih untuk meninggalkan kenangan manis. Sebab, isinya dokumentasi rasa bahagia.
Yaitu, atas penyatuan dua insan membentuk keluarga baru dan usia bertambah. Yang, berarti pula anugerah dari Tuhan dialami. Responnya, rasa syukur yang diungkapkan secara bersama-sama.
Sementara itu, hasil pemotretan dan/atau penyotingan saat kematian anggota keluarga tentu tidak untuk mengingat-ingat rasa duka cita ketika kehilangan anggota keluarga.
Tetapi, dapat dimaknai sebagai  investasi kekerabatan. Kekayaan kekeluargaan, terutama bagi generasi mendatang.  Generasi baru hingga terkemudian ketika melihatnya (potret dan video), akan mengetahui bahwa (ternyata) mereka memiliki banyak kerabat.
Dan, bukan mustahil mereka kemudian berusaha mempererat (kembali) relasi kekerabatan, yang boleh jadi selama ini renggang karena ketidaktahuan. Melalui potret dan/video, mereka menemukan kekayaan kekerabatan.