Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anda, Orangtua Jujur Mengenai Anak atau Tidak?

6 Maret 2022   23:54 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:35 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tersebut dipilih karena saya, sebagai guru, kadang-kadang menjumpai orangtua yang kurang--untuk menggantikan kata "tak"--jujur mengenai anaknya. Anaknya sebagai siswa di sekolah, tempat saya mengajar. Hal itu saya ketahui langsung ketika kami (baca: guru) mengajak orangtua membincangkan anaknya.

Guru memang berkewajiban membantu mencarikan solusi bagi anak yang sedang memiliki problem. Harapannya, solusi tersebut dapat melepaskan anak dari problem yang membelitnya.

Tentu saja guru tak mungkin membiarkan anak (baca: siswa) terbelit persoalan. Sebab, salah satu tugas guru adalah membantu siswa agar dapat merasa nyaman dalam belajar. Siswa yang bermasalah tak mungkin merasa nyaman dalam belajar, bukan?

Tapi, sering guru tak mampu (sendirian) membantu siswa yang bermasalah. Sebab, betapa pun, guru memiliki keterbatasan dan kekurangan. Itu sebabnya, guru membutuhkan kehadiran orangtua untuk diajak berdiskusi mengenai anaknya.

Asumsinya, orangtua mengetahui keberadaan anak lebih utuh, lengkap, dan mendalam. Sebab, anak berkumpul dengan orangtua dalam waktu yang lebih lama di lingkungan keluarga. Ketimbang, berkumpul dengan guru di lingkungan sekolah.

Sebenarnya selama ini problem siswa selalu berkaitan dengan perihal bolos sekolah, malas mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR), sering terlambat datang di sekolah, merundung teman, mengompas, bertengkar, merokok, dan minum-minuman keras.

Problem-problem tersebut sangat umum dialami oleh siswa. Dan dapat dipastikan jumlah siswa yang mengalami problem seperti itu lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang tidak. Tapi, kalau dibiarkan, problemnya semakin besar dan meluas.

Realitas seperti itu, saya yakini dihadapi di semua sekolah. Rasanya tak mungkin ada sekolah yang nihil dari siswa bermasalah. Tak mungkin. Pasti ada. Baik sekolah di kota maupun sekolah di desa; baik sekolah negeri maupun swasta.

Hanya, kuantitas siswa bermasalah di satu sekolah dengan di sekolah yang lain boleh jadi berbeda. Mungkin ada sekolah yang memiliki banyak siswa yang bermasalah. Tapi, ada sekolah yang memiliki sedikit siswa yang bermasalah.

Sekolah yang memiliki sedikit siswa bermasalah dan yang memiliki banyak siswa bermasalah, sama-sama memerlukan perhatian. Peran bersama antara sekolah (baca: guru) dan orangtua dalam hal ini dipandang sebagai cara yang baik.

Orangtua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun