Siapa pun berhak mengaktualisasikan dirinya. Hanya, aktualisasi diri yang merugikan pihak lain, tak baik. Sebab, pihak lain juga memiliki hak yang harus dihormati dan dihargai.
Oleh karena itu, dalam mengaktualisasikan diri tetap memerlukan kontrol diri. Sehingga, tak sampai merugikan pihak lain. Justru, semestinya aktualisasi diri membuat pihak lain merasa senang, takjub, dan terhibur.
Orang yang beraktualisasi diri dengan membuat pihak lain merasa senang, takjub, dan terhibur berarti orang itu telah berbagi kebaikan. Oleh karena itu, ia layak menjadi teladan bagi banyak orang.
Menjadi teladan bagi banyak orang merupakan bagian dari pendidikan karakter. Karena, salah satu cara implementasi pendidikan karakter adalah melalui memberi teladan atau contoh.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Reza Armin Abdillah Dalimunthe, mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, yang mencatat bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara-cara tersebut adalah pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah, pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di sekolah, serta pembudayaan.
Merujuk hasil penelitian tersebut, memberi contoh dan teladan bukan satu-satunya cara melakukan pendidikan karakter. Tapi, betapa pun, pemberian contoh dan teladan, berdasarkan pengalaman dan sepengetahuan saya, merupakan cara yang didukung oleh sebagian banyak orang.
Anda dapat membuktikannya dengan menanyakannya kepada suami atau istri, saudara, kolega, tetangga, atau pemimpin Anda di tempat bekerja. Saya yakin, mereka akan memberikan jawaban yang setidaknya mirip, yaitu pembentukan karakter lebih cocok dilakukan dengan cara memberi teladan dan contoh.
Maka, saya sangat prihatin membaca berita tentang konvoi mobil mewah di jalan tol yang melanggar aturan. Mereka tak ditilang hanya karena bersikap sopan dan kooperatif. Padahal, pelanggaran lalu lintas seharusnya ditilang. Apalagi, dalam kasus tersebut merugikan pengendara yang lain di jalan tol.
Dalam pandangan saya, masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang bersifat umum. Siapa pun, termasuk anak-anak, dapat mengamati, mencermati, dan memperbincangkan fenomena yang terjadi. Dan, kasus konvoi mobil mewah tersebut barangkali tak luput dari pengamatan, pencermatan, dan perbincangan mereka karena berada di ruang publik.