Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menghindari Jalan Tol, Ternyata Bisa Banyak Belajar tentang Berbagi

19 Januari 2022   08:24 Diperbarui: 22 Januari 2022   22:00 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inti tulisan tersebut setidaknya seperti ini, minimal 60 km/jam; maksimal 80 km/jam. Tapi, mobil-mobil yang mendahului mobil kami, saya rasa kecepatannya melebihi aturan tertulis itu.

Saya pikir laju mobil-mobil yang menyalip mobil kami itu disengaja oleh pengemudi. Toh jalan tol itu lebar dan tanpa ada  lubang-lubang yang menghambat laju mobil. Mobil-mobil bisa melaju sangat cepat dan  segera sampai di tujuan.

Berkaitan dengan hal itu, saya bertanya kepada salah seorang teman, yang saya sebut sebagai pelanggan jalan tol karena ia sering melewati jalan tol ketika bepergian. Yaitu, tentang pandangannya terhadap  kecepatan mobil di jalan tol.

Ia mengatakan bahwa di jalan tol lebih banyak  mobil yang kecepatannya melebihi batas maksimal daripada yang tidak. Pernyataan ini sesuai dengan fakta yang saya lihat.

Ya, jumlah mobil yang melaju sangat cepat (baca: melebihi kecepatan maksimal) di jalan tol sangat banyak. Sementara itu, saya tak berani mengendarai mobil dengan cepat. Ini juga yang menjadi alasan mengapa saya tak menyukai mengendarai mobil melalui jalan tol, selain saya takut tersesat.

Maka, ke mana pun bepergian selama ini, kalau saya yang menjadi juru mudi, pasti lebih sering melewati jalan biasa. Tapi, selama melewati jalan biasa, kami justru bisa banyak belajar tentang  berbagi.

Betapa tidak, di titik-titik tertentu di sepanjang jalan yang kami lewati, benak kami selalu tergerak untuk peduli kepada orang-orang, yang dalam keterbatasannya tetap mau  berkarya.

Mereka berada di persimpangan-persimpangan jalan, yang sepertinya, tak peduli terhadap panas dan hujan. 

Mereka membantu kami, para pengendara, agar tak mengalami tabrakan atau terjebak dalam kemacetan. Hanya  mengulurkan satu-duaribu rupiah, kami bisa melanjutkan perjalanan  dengan nyaman dan aman.

Tak hanya di persimpangan-persimpangan jalan, di bagian-bagian jalan yang menimbulkan kemacetan atau (kemungkinan) kecelakaan, mereka memberi bantuan kepada setiap pengendara, baik motor maupun mobil. 

Ya, akhirnya setiap pengendara dapat melewati bagian jalan tersebut dengan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun